Kanker merupakan suatu kata yang mengerikan saat didengar oleh masyarakat awam bahkan juga oleh kalangan medis, namun tahukah anda ada begitu banyak jenis kanker, dengan masing-masing jenis kanker menimbulkan gejala yang berbeda-beda, sehingga penting untuk dapat mengetahui jenis kanker yang dialami sedini mungkin. Salah satu jenis kanker yang cukup sering kita temukan adalah kanker tiroid. Kanker tiroid adalah keganasan pada kelenjar didaerah leher yang kasusnya telah meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Penyebaran kanker tiroid juga dapat terjadi pada tulang, yang dinamakan sebagai Metastatic Bone Disease (MBD). MBD terjadi pada sekitar 4% dari semua pasien kanker tiroid. MBD menurut studi berhubungan dengan penurunan kualitas hidup yang signifikan, dan kemungkinan komplikasi yang lebih berat (Wu et al., 2008). Data statistik di Amerika Serikat menunjukkan 5,3 % dari angka kejadian kanker adalah MBD. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 di Indonesia menyatakan kanker adalah penyebab kematian ke-7 di antara semua penyebab kematian (5,7%) (Macedo et al., 2017).
Metastasis kanker pada tulang selain mempengaruhi kualitas hidup dalam bidang kesehatan, juga menimbulkan beban secara ekonomi bagi pasien. Hal ini disebabkan karena banyaknya keluhan dan gangguan aktivitas sehari-hari pada pasien dengan penyebaran kanker tiroid pada tulang (Prabowo et al., 2020). Ten Years Survival Rate secara keseluruhan dalam MBD kanker tiroid adalah sekitar 40%, namun sebagian pasien mengalami perburukan 4 tahun setelah didiagnosis sebagai MBD kanker tiroid akibat mengalami berbagai macam komplikasi (Iñiguez-Ariza et al., 2020). Tanda-tanda yang patut dicurigai sebagai adanya suatu keganasan pada kelenjar tiroid adalah (Wu et al., 2008):
Sedangkan gejala yang patut dicurigai sebagai adanya suatu penyebaran kanker tiroid pada tulang adalah:
Menurut beberapa studi, Ekspresi Tiroglobulin pada serum yang tinggi merupakan faktor risiko terjadinya penyebaran kanker tiroid pada tulang, karena peran tiroglobulin yang dapat menekan daya tembus pembuluh darah (Gökta?, 2018; Luo et al., 2014). Selain itu zat RANKL juga disebut sebagai salah satu faktor risiko karena RANKL yang meningkatkan proses penyerapan tulang, sehingga kerusakan akibat penyebaran kanker akan lebih berat. RANKL juga menyediakan lingkungan yang tepat untuk pertumbuhan dari sel kanker pada tulang (Baloch and Livolsi, 2000; Dinarello, 2010; Luo et al., 2014). Oleh karena itu, pemeriksaan kadar Tiroglobulin dan RANKL dapat dijadikan sebagai alat skrining untuk mendeteksi kemungkinan komplikasi dari kanker tiroid secara dini, sehingga komplikasi yang lebih berat dapat dicegah.
Dewasa kini penanganan pada kasus MBD dilakukan secara multidisiplin dan multimodal, seperti diawali dengan penentuan apakah benar kasus yang terjadi adalah kanker tiroid dengan menggunakan pemeriksaan penunjang yang tepat, kemudian pengobatan manajemen nyeri, pengobatan menggunakan metode Iodine Radioaktif (RAI) dan pembedahan, hingga regimen radioterapi dan kemoterapi (Iñiguez-Ariza et al., 2020). Pemilihan regimen terapi juga sangat penting guna untuk mengobati kanker tiroid dan mencegah kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi, seperti penyebaran sel kanker ke organ-organ tubuh yang lain. Sehingga manajemen kanker tiroid dilakukan dengan konsultasi dengan dokter yang ahli dalam bidang yang bersangkutan, sehingga sangat penting untuk bertemu dengan dokter ahli apabila anda mengalami gejala seperti yang dijelaskan sebelumnya.
Penulis: dr. Gede Ketut Alit Satria Nugraha, 30 April 2021