Pendekatan Operasi Pada Patah Tulang Siku Anak-anak

METAANALISIS PENDEKATAN OPERASI LATERAL VERSUS

POSTERIOR PADA FRAKTUR SUPRAKONDILER HUMERUS PADA

ANAK – ANAK

 

Fraktur suprakondiler humerus merupakan cedera siku paling sering terjadi pada anak dengan angka kejadian sebesar 60-70%. Kejadian tersebut sering terjadi ketika anak sedang bermain di taman bermain sebanyak 25-40% dari seluruh kasus. Pilihan terapi pada fraktur suprakondiler dapat dengan operasi atau tidak operasi. Pada kasus dengan bentuk patah tidak terlalu parah atau memiliki displacement minimal maka tindakan non-operatif merupakan pilihan terapi utama.

Pada penentuan tipe patah tulang suprakondiler dapat menggunakan klasifikasi Gartland. Klasifikasi Gartland menilai berdasarkan pergeseran dari fragment patahan. Tipe klasifikasi Gartland berpengaruh pada tatalaksana operasi dari fraktur surpacondyler. Terdapat dua tehnik yang dapat dilakukan, yaitu teknik reposisi tertutup dan teknik reposisi terbuka. Teknik reposisi tertutup dan penggunaan percutaneous pinning merupakan pilihan utama pada klasifikasi Gartland tipe 1 dan 2, sedangkan tkenik reposisi terbuka dilakukan apabila tehnik reposisi tertutup gagal atau kasus termasuk pada klasifikasi Gartland tipe 2, 3 dan 4.

Hingga saat ini terdapat beberapa pendekatan pada operasi fraktur suprakondiler humerus antara lain pendekatan dari anterior, lateral, medial atau posterior. Pendekatan yang paling sering digunakan adalah pendekatan posterior dan lateral karena termasuk pendekatan yang mudah ketika operasi. Berdasarkan hal tersebut, terdapat beberapa pendekatan yang dapat dilakukan, namun hingga saat ini belum ada literatur yang memberikan acuan pasti terkait pendekatan operatif terbaik pada penanganan kasus suprakondiler humerus pada anak yang memerlukan tindakan operasi. Pada evaluasi pasca operasi dapat dilakukan dengan menilai secara kosmetik dan fungsional berdasarkan sistem skoring dengan kriteria Flynn. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menentukan pendekatan yang terbaik pada operasi fraktur suprakondiler yang dievaluasi secara kosmetik dan fungsional berdasarkan kriteria Flynn.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian tinjauan sistematik dan meta-analysis yang mencakup studi komparatif langsung antar dua kelompok yaitu pendekatan operasi lateral dan pendekatan operasi posterior berdasarkan kriteria Flynn. Penelitian ini diawali dengan mencari studi secara elektronik dengan menggunakan empat pusat data studi. Sebanyak 163 studi yang memiliki alogaritma kata kunci yang sesuai tapi pada akhirnya terdapat 5 studi yang sesuai dan dapat dilakukan analisis.

Pada penelitian ini pendekatan operasi lateral dan posterior memiliki hasil yang memuaskan lebih dari 90% dari kasus pada studi yang dianalisis. Studi ini sesuai yang membandingkan perbedaan hasil evaluasi dari operasi siku menggunakan pendekatan medial, lateral dan posterior dimana secara statistik tidak didapatkan perbedaan yang bermakna, namun pada studi ini didapatkan bahwa pendekatan operasi dari posterior memberikan komplikasi berupa penurunan kekuatan dari otot triceps, oleh karena itu lebih disarankan menggunakan pendekatan dari medial atau lateral.

Penelitian ini didapatkan pendekatan lateral memberikan hasil yang lebih baik dari pendekatan posterior berdasarkan kriteria Flynn pada subkelompok excellent pada penilaian fungsional dan kosmetik, selain itu lebih baik pada subkelompok good dalam penilain fungsionalnamun secara statistik perbedaan ini tidak terlalu bermakna. Pendekatan lateral merupakan pendekatan operasi yang paling sedikit bersinggungan dengan struktur penting pada siku dibandingkan pendekatan lain dan juga pendekatan ini memiliki luka yang tidak menganggu ruang gerak sendi siku.

Penelitian ini juga didapatkan pendekatan lateral memiliki hasil yang inferior dari pendekatan posterior posterior pada penilaian menggunakan kriteria Flynn dalam subkelompok poor pada penilaian fungsional dan kosmetik. Suatu pendekatan operasi ada penilaian subkelompok poor dapat disimpulkan semakin inferior maka pedekatan lateral ini lebih baik dari pendekatan posterior, namun secara statistik perbedaan ini tidak terlalu bermakna. Pada pendekatan posterior didapatkan perusakan cukup banyak pada otot triceps yang dapat membuat penurunan dari kemampuan otot tersebut pascaoperasi sampai 6% dari kekuatan otot sebelum dilakukan operasi.

Kesimpulan pada penelitian ini adalah pendekatan operasi lateral pada pasien Suprakondiler humerus pada anak – anak memberikan hasil fungsional dan kosmetik menurut kriteria Flynn dalam kategori memuaskan, Pendekatan operasi posterior pada pasien Suprakondiler humerus pada anak-anak memberikan hasil fungsional dan kosmetik menurut kriteria Flynn dalam kategori memuaskan, namun tidak terdapat perbedaan dari hasil operasi menggunakan pendekatan operasi lateral dibandingkan dengan hasil operasi menggunakan pendekatan operasi posterior pada pasien Suprakondiler humerus pada anak – anak menurut kriteria Flynn.

 

Penulis:

dr. I Putu Gede Pradnyadewa Pradana

Dr. dr. Komang Agung Irianto, dr., Sp.OT(K)

Departement Orthopaedi dan Traumatologi, RSUD Dr. Soetomo Surabaya – FK Universitas Airlangga