Pertolongan pertama pada patah tulang

Pertolongan Pertama Pada Patah Tulang


A: “Aduh saya lagi nggak bisa jalan ini, pergelangan kaki bengkak dan sakit sekali”

B: “Memangnya kamu kenapa?”

A: “Saya jatuh dari tangga waktu lagi bekerja dan menumpu di kaki, sampai sekarang sudah seminggu masih belum bisa napak kakinya”

B: “Ke dokter saja gih... Jangan-jangan patah tulang lho...”

A: “Nggak ah, ini kan paling keseleo saja. Sudah diurut juga, katanya ditunggu saja. Lagi pula kalau ke dokter nanti harus operasi, takut ah...”

Percakapan di atas merupakan hal yang sering kali ditemukan di masyarakat, yang menggambarkan masih kurangnya pengertian mengenai patah tulang maupun tindakan kedokteran yang berhubungan dengan patah tulang, oleh karena itu mari kira bahas terlebih dahulu mengenai apa itu patah tulang.

Patah tulang adalah suatu keadaan ketika tulang mengalami kerusakan, disebabkan oleh gaya (tenaga) yang mengenai tulang melebihi daya tahan tulang tersebut. Pada tulang yang kuat, diperlukan gaya sangat kuat untuk menyebabkan patah tulang, misalnya kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, atau olah raga yang berat. Sebaliknya, tulang dengan daya tahan rendah akan patah disebabkan gaya yang ringan, misalnya terpeleset atau terbentur pada orang tua yang tulangnya keropos.

Terdapat beberapa ciri yang membuat kita curiga terjadi patah tulang. Ketika patah, posisi antara patahan tulang dapat saling bergeser akibat tarikan otot atau gaya gravitasi, sehingga tampak perubahan bentuk. Perubahan bentuk menjadi tidak normal dalam dunia medis disebut deformitas, yang merupakan tanda patah tulang pertama.

Patah tulang juga akan menyebabkan peradangan, yang merupakan respons tubuh untuk memulai proses penyembuhan. Peradangan ini ditandai dengan adanya hangat, kemerahan, bengkak, dan nyeri di sekitar lokasi patah tulang. Daerah yang patah juga tidak dapat berfungsi dengan normal. Adanya peradangan dan gangguan fungsi ini juga merupakan tanda terjadinya patah tulang.

Meski sudah menemukan tanda-tanda patah tulang di atas, masih ada masyarakat yang enggan untuk berkonsultasi kepada dokter. Oleh karena itu kita perlu memahami apa tujuan berobat ke dokter pada kondisi kecurigaan patah tulang.

Tujuan utama konsultasi ke dokter adalah untuk memastikan apakah terdapat patah tulang atau tidak (diagnosis), dan mendapatkan pengobatan yang tepat sesuai kebutuhan (terapi). Proses diagnosis diawali dengan pemeriksaan klinis berdasarkan keluhan dan cerita pasien. Oleh karena itu sangat penting untuk memberikan informasi yang lengkap dan tepat untuk membantu dokter. Pemeriksaan Rontgen akan dilakukan untuk memastikan lokasi dan jenis patah tulangnya.

Setelah menentukan diagnosis, dokter akan memberikan penjelasan yang lengkap mengenai kondisi patah tulangnya, kemudian menjelaskan tindakan pengobatan yang dapat dikerjakan beserta alternatifnya jika ada. Pasien dan keluarga memiliki hak untuk memilih setelah mengerti seluruh penjelasan dokter, hal yang disebut dengan persetujuan tindakan (informed consent).

Kemudian apakah bila dokter mendiagnosis patah tulang maka pasti dioperasi? Untuk menjawab hal tersebut maka kita perlu memahami sifat tulang dan hal-hal apa yang akan mendukung penyembuhan tulang.

Tulang merupakan jaringan yang hidup, oleh karena itu kerusakannya akan diikuti proses penyembuhan. Tulang dinyatakan sembuh bila bagian yang patah menyambung kembali dengan baik dan bagian tubuh tersebut dapat berfungsi kembali dengan baik. Waktu penyembuhan patah tulang bervariasi antara 1,5-3 bulan bergantung jenis tulangnya.

Untuk dapat menyambung, bagian-bagian tulang yang patah harus saling menempel (kontak) dan tidak saling bergerak satu sama lainnya (stabil) selama proses penyembuhan. Bila tidak terpenuhi maka penyambungan akan lambat atau bahkan tidak menyambung. Posisi antara tulang juga harus sejajar sesuai kondisi sebelum patah, bila tidak maka akan terjadi penyambungan yang tidak normal, sehingga fungsi tidak kembali normal. Nutrisi juga berperan penting untuk menjaga proses penyembuhan berjalan lancar. Jika berbagai kondisi di atas terpenuhi, maka patah tulang dapat sembuh meski tanpa operasi. Tindakan operasi hanya akan disarankan oleh dokter spesialis Orthopaedi dan Traumatologi jika prasyarat penyembuhan tulang di atas tidak dapat dipenuhi.

Pilihan pengobatan tanpa operasi misalnya pemasangan gendongan (sling), ikatan (bandage), penyangga (brace), atau gips. Pada kondisi yang memerlukan operasi, maka dapat dilakukan pemasangan pen (implan tulang) baik di bawah kulit maupun di luar sesuai kebutuhan.

Selanjutnya, apabila kita mencurigai patah tulang terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan sebelum berkonsultasi ke dokter atau membawa korban ke rumah sakit.

Pertama, hindari kepanikan atau sebaliknya menganggap remeh patah tulang. Ketika terdapat tanda-tanda patah tulang (deformitas, peradangan, dan gangguan fungsi), maka korban harus dianggap patah tulang sampai dapat dibuktikan sebaliknya. Persiapkan korban untuk berobat ke fasilitas kesehatan terdekat yang dapat mendiagnosis patah tulang.

Kedua, hindari menggunakan daerah tubuh yang dicurigai patah tulang dan lakukan pemasangan alat bantu. Bila terjadi pada lengan atas atau bawah, maka dapat dipasangkan gendongan kain untuk mengurangi gerakan pada daerah tersebut, dan lengan dapat beristirahat. Bila terjadi di paha atau tungkai bawah, maka hindari menopang berat badan. Untuk mengurangi nyeri dan memudahkan transportasi, paha atau tungkai bawah dapat dipasangkan penyangga menggunakan sarana yang ada. Pada kecurigaan patah di tulang belakang, baringkan korban di alas yang keras untuk menopang tulang belakangnya.

Ketiga, perhatikan keamanan transportasi korban ke rumah sakit. Korban dengan patah pada lengan atau kaki masih mungkin menggunakan kendaraan pribadi ke rumah sakit, akan tetapi bila curiga patah pada tulang belakang, sebaiknya menggunakan fasilitas Ambulans yang umumnya sudah disediakan oleh pemerintah daerah setempat.

Sebagai tambahan, perhatikan kondisi korban untuk menentukan apakah harus segera ke rumah sakit pada saat itu juga atau dapat ditunda hingga esok hari. Tanda bahaya yang mengharuskan korban dibawa ke rumah sakit sesegera mungkin di antaranya korban terlihat sangat pucat, kesadaran menurun (tidak dapat komunikasi atau pingsan), napas memburu, tangan dan kaki dingin, atau terdapat perdarahan yang sangat banyak. Pada kondisi tersebut segera bawa korban ke Instalasi Gawat Darurat (IGD).

Bila kondisi korban baik, dan direncanakan kunjungan ke poliklinik esok harinya, obat nyeri dapat dikonsumsi untuk mengurangi keluhan. Hindari melakukan manuver pada daerah yang patah misalnya memijat atau urut karena dapat menyebabkan peradangan berlebihan yang tidak baik untuk proses penyembuhan tulang.

Dengan pengetahuan yang benar mengenai penanganan pertama pada patah tulang di atas, diharapkan korban akan tetap aman sebelum mendapatkan pengobatan di rumah sakit.

Berbekal pengetahuan sederhana di atas, maka diharapkan masyarakat dapat mengidentifikasi kecurigaan patah tulang, tidak lagi enggan atau menunda berkonsultasi ke dokter Orthopaedi dan Traumatologi, dan dapat melakukan penanganan pertama untuk menjaga keamanan korban sebelum dibawa ke rumah sakit.


ditulis Oleh : dr. Muharris, Sp.OT(K)