ORTHONEWS
Sayangi Tulangmu untuk Masa Depan yang Lebih Cerah
Hari Osteoporosis Sedunia (World Osteoporosis Day / WOD), telah ditetapkan pada tanggal 20 Oktober setiap tahunnya yang menandai kampanye untuk meningkatkan kesadaran global tentang pencegahan, diagnosis, dan pengobatan osteoporosis. Kampanye tersebut menekankan hubungan langsung antara osteoporosis dan patah tulang, yang dapat memiliki dampak serius dalam mengubah kualitas hidup, baik dalam hal rasa sakit, kecacatan, dan kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari - hari. Data terbaru dari IOF (International Osteoporotic Foundation) menyatakan bahwa 1 dari 4 perempuan di Indonesia dengan rentang usia 50-80 tahun memiliki resiko mengalami osteoporosis. Dan resiko osteoporosis pada perempuan di Indonesia saat ini 4 kali lebih tinggi dibandingkan pada laki - laki. Bahkan osteoporosis saat ini telah menjadi masalah global terutama di Negara - negara berkembang. Data dari WHO pun menyatakan bahwa diseluruh dunia ada sekitar 200 juta orang yang menderita osteoporosis. Nah, Apa sebenarnya osteoporosis itu? Benarkah mitos Penyakit ini hanya menyerang kelompok usia tua saja ? Apa bahayanya penyakit ini, sehingga kita tetap harus waspada dengan gejala nya agar mampu mencegah komplikasi yang disebabkan.
Seperti yang kita ketahui, osteoporosis lebih sering dikenal sebagai Penyakit Tulang keropos. Disebut sebagai Penyakit tulang keropos karena Osteoporosis adalah Penyakit Tulang yang ditandai dengan menurunnya massa Tulang (kepadatan tulang) secara keseluruhan dan adanya perubahan
mikroarsitektur jaringan tulang yang menyebabkan menurunnya kekuatan tulang sehingga menyebabkan tulang rentan patah. Tulang yang paling sering cedera adalah tulang panggul, tulang belakang dan tulang pergelangan tangan, walaupun keretakan tulang dapat terjadi pada tulang - tulang lainnya. Tulang mengalami penurunan kepadatan disebabkan karena ketidakseimbangan antara deposisi mineral dan penyerapannya pada jaringan tulang. Hal ini dapat terjadi karena beberapa hal sehingga umumnya osteoporosis dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu osteoporosis primer dan sekunder. Osteoporosis primer merupakan kondisi yang paling sering terjadi dan menyerang kelompok umur usia tua karena disebabkan berkurangnya kemampuan tubuh dalam menjaga keseimbangan metabolisme tulang, sedangkan osteoporosis sekunder bisa menyerang hampir semua kelompok usia karena disebabkan adanya penyakit lain yang mendasari atau penggunaan obat-obatan yang mampu menurunkan kepadatan tulang. Jadi mitos Penyakit tulang keropos atau osteoporosis ini hanya akan menyerang kelompok usia tua adalah kurang tepat.
Lalu apa bahayanya osteoporosis? Bagaimana kita mendeteksi dini penyakit ini? Tidak ada gejala khusus ketika tulang mulai mengalami penurunan kepadatannya namun ketika tulang mulai melemah maka dapat dijumpai beberapa gejala seperti postur tubuh menjadi lebih pendek dan membungkuk, penyusutan gusi, nyeri pada punggung atau pinggul, terjadinya patah tulang lebih mudah dari biasanya atau nama lainnya patah tulang patologis. Bahaya yang ditimbulkan osteoporosis adalah dampak yang diakibatkan dari patah tulangnya itu sendiri yang mengganggu kualitas hidup pasien. Sepertiga dari mereka tidak akan pernah lagi bisa hidup mandiri dan bahkan bisa mengganggu psikologis pasien. Bahkan WHO menyatakan bahwa 50% kejadian patah tulang panggul pada pasien osteoporosis dapat menimbulkan kecacatan seumur hidup dan meningkatkan angka kematian. Osteoporosis bisa terdiagnosis biasanya setelah terjadi keretakan tulang, pemeriksan roentgen pun hanya bisa mengidentifikasi keretakan tulang tapi bukanlah metode untuk menentukan kepadatan tulang. Untuk mengetahui kepadatan tulang bisa kita lakukan pemeriksaan yang disebut BMD (Bone Mineral Density) dengan menggunakan metode DEXA (Dual-Energy X-Ray Absortiometry). Metode ini disarankan untuk memeriksa kepadatan tulang pada Pasien yang beresiko tinggi terkena osteoporosis tentunya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter.
Kampanye World Osteoporosis Day yang diselenggarakan tiap tahunnya ini adalah berhubungan terhadap upaya pencegahan dan perubahan perilaku gaya hidup (promotif dan preventif) dalam mengurangi dampak yang disebabkan dari osteoporosis. Untuk mencegah terjadinya osteoporosis ada beberapa langkah mudah yang dapat dilakukan antara lain, mencukupi asupan kalsium harian (1000 mg per hari untuk usia di bawah 50 tahun dan 1200 mg untuk usia diatas 50 tahun), vitamin D (400 IU Sampai 600 IU per hari) dan protein, menghindari merokok dan alkohol. Selain itu aktifitas fisik atau olahraga juga sangat membantu dalam pencegahan terjadinya osteoporosis karena dengan aktifitas fisik mampu merangsang peningkatan kepadatan tulang (dianjurkan minimal 30 menit setiap harinya).
Untuk kelompok yang rentan terkena osteoporosis, mengurangi resiko jatuh adalah salah satu pencegahan yang sangat dianjurkan. Hal yang bisa dilakukan adalah penggunaan alat bantu untuk berjalan atau menambah pegangan pada beberapa tempat seperti di kamar mandi dan dapur. Mari Sayangi Tulangmu untuk Masa Depan yang lebih Baik!
dr. I Gede Made Oka Rahaditya SpOT
Dokter spesialis orthopaedi RSUD GRATI