Sumpah Pemuda 2021
Selamat Hari Sumpah Pemuda
Bersatu,Bangkit dan Tumbuh
Sumpah Pemuda merupakan hasil keputusan dari Kongres Pemuda Kedua (27-28 Oktober 1928).
Keputusan tersebut menegaskan cita-cita “Tanah Air Indonesia”, “Bangsa Indonesia”, dan “Bahasa Indonesia”.
Hari Sumpah Pemuda menciptakan semangat baru bagi pemuda Indonesia untuk terus bersama memperjuangkan Indonesia agar Bersatu,Bangkit dan Tumbuh
#sumpahpemuda #28oktober #bersatubangkitdantumbuh #indonesiabersatu #93thsumpahpemuda #indonesiamaju #indonesiabangkit #indonesiajaya #ortopedi #indonesiaorthopaedicassociation #paboi #ioa #orthopaedicsurgeon #bedahtulang #dokterorthopaedi #doktertulang #dokterbedahtulang #indonesiasehat
Oct 28, 2021
See More
Submit to Jurnal (JOTI)
Hallo guru,senior/teman sejawat Submit your article to Jurnal Orthopaedi dan Traumatologi Indonesia (JOTI)
https://journal.indonesia-orthopaedic.org/index.php/j-paboi/loginJOTI
Oct 26, 2021
See More
Selamat Hari Dokter
Selamat Hari Dokter 2021. Semoga apa yang telah diperjuangkan, dikorbankan demi kesembuhan masyarakat akan dibalas dengan pahala yang tak terhingga. hallo teman-teman yuk kita beri semangat untuk para dokter kita, yang sedang berjuang di garda terdepan, dengan tulis ucapan terimakasih dan harapanmu untuk para dokter dan calon dokter di Indonesia
Selamat hari dokter nasional ?
#haridokternasional #dokter #idi #orthopaedicsurgeon #indonesianorthopaedic #paboi #ioa #dokterindonesiabersatu #idi #ikatandokterindonesia #dokterspesialis #dokterumum #dokterbedah #dokterspesialistulang #dokterspesialisanak #dokterspesialiskulit #dokterspesialismata #dokterspesialisjantung #dokterspesialisgigi #dokterspesialispenyakitdalam #dokterspesialiskandungan #dokterspesialisbedah #dokterspesialistht #psikologi #psikiater #doktergigi #Indonesiasehat #indonesia #haridokternasional #dokterindonesia
Oct 24, 2021
See More
Sayangi Tulangmu untuk Masa Depan yang L...
ORTHONEWS
Sayangi Tulangmu untuk Masa Depan yang Lebih Cerah
Hari Osteoporosis Sedunia (World Osteoporosis Day / WOD), telah ditetapkan pada tanggal 20 Oktober setiap tahunnya yang menandai kampanye untuk meningkatkan kesadaran global tentang pencegahan, diagnosis, dan pengobatan osteoporosis. Kampanye tersebut menekankan hubungan langsung antara osteoporosis dan patah tulang, yang dapat memiliki dampak serius dalam mengubah kualitas hidup, baik dalam hal rasa sakit, kecacatan, dan kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari - hari. Data terbaru dari IOF (International Osteoporotic Foundation) menyatakan bahwa 1 dari 4 perempuan di Indonesia dengan rentang usia 50-80 tahun memiliki resiko mengalami osteoporosis. Dan resiko osteoporosis pada perempuan di Indonesia saat ini 4 kali lebih tinggi dibandingkan pada laki - laki. Bahkan osteoporosis saat ini telah menjadi masalah global terutama di Negara - negara berkembang. Data dari WHO pun menyatakan bahwa diseluruh dunia ada sekitar 200 juta orang yang menderita osteoporosis. Nah, Apa sebenarnya osteoporosis itu? Benarkah mitos Penyakit ini hanya menyerang kelompok usia tua saja ? Apa bahayanya penyakit ini, sehingga kita tetap harus waspada dengan gejala nya agar mampu mencegah komplikasi yang disebabkan.
Seperti yang kita ketahui, osteoporosis lebih sering dikenal sebagai Penyakit Tulang keropos. Disebut sebagai Penyakit tulang keropos karena Osteoporosis adalah Penyakit Tulang yang ditandai dengan menurunnya massa Tulang (kepadatan tulang) secara keseluruhan dan adanya perubahan
mikroarsitektur jaringan tulang yang menyebabkan menurunnya kekuatan tulang sehingga menyebabkan tulang rentan patah. Tulang yang paling sering cedera adalah tulang panggul, tulang belakang dan tulang pergelangan tangan, walaupun keretakan tulang dapat terjadi pada tulang - tulang lainnya. Tulang mengalami penurunan kepadatan disebabkan karena ketidakseimbangan antara deposisi mineral dan penyerapannya pada jaringan tulang. Hal ini dapat terjadi karena beberapa hal sehingga umumnya osteoporosis dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu osteoporosis primer dan sekunder. Osteoporosis primer merupakan kondisi yang paling sering terjadi dan menyerang kelompok umur usia tua karena disebabkan berkurangnya kemampuan tubuh dalam menjaga keseimbangan metabolisme tulang, sedangkan osteoporosis sekunder bisa menyerang hampir semua kelompok usia karena disebabkan adanya penyakit lain yang mendasari atau penggunaan obat-obatan yang mampu menurunkan kepadatan tulang. Jadi mitos Penyakit tulang keropos atau osteoporosis ini hanya akan menyerang kelompok usia tua adalah kurang tepat.
Lalu apa bahayanya osteoporosis? Bagaimana kita mendeteksi dini penyakit ini? Tidak ada gejala khusus ketika tulang mulai mengalami penurunan kepadatannya namun ketika tulang mulai melemah maka dapat dijumpai beberapa gejala seperti postur tubuh menjadi lebih pendek dan membungkuk, penyusutan gusi, nyeri pada punggung atau pinggul, terjadinya patah tulang lebih mudah dari biasanya atau nama lainnya patah tulang patologis. Bahaya yang ditimbulkan osteoporosis adalah dampak yang diakibatkan dari patah tulangnya itu sendiri yang mengganggu kualitas hidup pasien. Sepertiga dari mereka tidak akan pernah lagi bisa hidup mandiri dan bahkan bisa mengganggu psikologis pasien. Bahkan WHO menyatakan bahwa 50% kejadian patah tulang panggul pada pasien osteoporosis dapat menimbulkan kecacatan seumur hidup dan meningkatkan angka kematian. Osteoporosis bisa terdiagnosis biasanya setelah terjadi keretakan tulang, pemeriksan roentgen pun hanya bisa mengidentifikasi keretakan tulang tapi bukanlah metode untuk menentukan kepadatan tulang. Untuk mengetahui kepadatan tulang bisa kita lakukan pemeriksaan yang disebut BMD (Bone Mineral Density) dengan menggunakan metode DEXA (Dual-Energy X-Ray Absortiometry). Metode ini disarankan untuk memeriksa kepadatan tulang pada Pasien yang beresiko tinggi terkena osteoporosis tentunya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter.
Kampanye World Osteoporosis Day yang diselenggarakan tiap tahunnya ini adalah berhubungan terhadap upaya pencegahan dan perubahan perilaku gaya hidup (promotif dan preventif) dalam mengurangi dampak yang disebabkan dari osteoporosis. Untuk mencegah terjadinya osteoporosis ada beberapa langkah mudah yang dapat dilakukan antara lain, mencukupi asupan kalsium harian (1000 mg per hari untuk usia di bawah 50 tahun dan 1200 mg untuk usia diatas 50 tahun), vitamin D (400 IU Sampai 600 IU per hari) dan protein, menghindari merokok dan alkohol. Selain itu aktifitas fisik atau olahraga juga sangat membantu dalam pencegahan terjadinya osteoporosis karena dengan aktifitas fisik mampu merangsang peningkatan kepadatan tulang (dianjurkan minimal 30 menit setiap harinya).
Untuk kelompok yang rentan terkena osteoporosis, mengurangi resiko jatuh adalah salah satu pencegahan yang sangat dianjurkan. Hal yang bisa dilakukan adalah penggunaan alat bantu untuk berjalan atau menambah pegangan pada beberapa tempat seperti di kamar mandi dan dapur. Mari Sayangi Tulangmu untuk Masa Depan yang lebih Baik!
dr. I Gede Made Oka Rahaditya SpOT
Dokter spesialis orthopaedi RSUD GRATI
Oct 20, 2021
See More
Sudah Benar kah Posisi duduk anda ? Sepe...
Seperti apa posisi duduk yang ideal untuk terhindar dari sakit punggung - dr. Adam Moeljono, Sp.OT(K)
Dunia selalu mengalami perkembangan yang cepat, mulai dari arus modernisasi dan juga revolusi industry 4.0 yang mengakibatkan gelombang digitalisasi di mana-mana. Dengan proses ini, terjadi peningkatan proses digitalisasi dan ketergantungan kita terhadap perangkat teknologi yang bersifat canggih. Tentu saja hal ini menjadi suatu hal yang sangat membantu kita untuk dapat berinovasi dan memajukan bangsa. Aspek ini juga merambah tidak hanya ke sisi produktif, melainkan juga ke sisi rekreasi. Penggunaan piranti dan gawai canggih seperti komputer, telepon pintar, dan tablet menjadi semakin lazim digunakan. Penggunaan perangkat elektronik canggih ini terutama semakin meningkat dengan berlangsungnya pandemic COVID-19 ini, di mana pertemuan secara daring menjadi semakin lebih sering.
Seperti halnya setiap kondisi dalam kehidupan, setiap hal memiliki berbagai dimensi yang harus sangat diperhatikan. Ketergantungan terhadap piranti dan gawai canggih tersebut menyebabkan perubahan yang besar dalam hidup manusia. Salah satunya adalah peningkatan waktu yang dihabiskan kita untuk menggunakan piranti dan gawai tersebut. Penggunaan dalam jangka waktu yang lama tentu saja dapat membuat kita berada pada postur yang kurang baik.
Sebelum kita bahas lebih lanjut, coba Anda ingat-ingat, apabila Anda sudah duduk dalam waktu yang lama, terutama jika berada di depan perangkat elektronik, bagaimana posisi duduk yang sering Anda gunakan? Kemungkinan besar Anda akan duduk pada posisi yang khas, yaitu seperti membuat huruf C. Pada posisi ini, punggung Anda akan membungkuk, dengan bahu yang tegang dan posisi leher yang beragam, baik mendongak ke depan atau membungkuk, bergantung apakah Anda sedang menatap layar di atas meja atau menggunakan telepon pintar. Posisi ini bukanlah posisi yang ideal untuk bekerja di depan perangkat elektronik. Posisi ini dapat menimbulkan berbagai keluhan, mulai dari rasa mudah lelah, pegal, bahkan nyeri.
Sekarang kita akan membahas posisi duduk yang baik. Berusahalah untuk duduk dalam posisi yang ergonomis. Apa yang disebut sebagai posisi ergonomis? Posisi ergonomis adalah posisi yang ideal dan nyaman untuk bekerja. Terdapat banyak studi yang telah dipublikasikan mengenai hal ini, saya rangkum secara sederhana sebagai berikut.
Pertama, gunakan kursi yang baik dan cocok untuk Anda. Pilihlah kursi dengan ketinggian yang pas untuk Anda. Pada posisi duduk, seharusnya kedua telapak kaki Anda dapat berpijak di tanah secara bersamaan dengan posisi lutut menghadap ke depan dengan ketinggian yang sama atau sedikit lebih tinggi dari bokong Anda. Alangkah lebih baik jika Anda dapat menggunakan kursi yang memiliki penyandar dengan bentuk menyesuaikan lengkungan punggung Anda.
Kedua, posisikan diri Anda dengan baik pada kursi tersebut. Selama Anda duduk, menopanglah pada kedua sisi bokong Anda, sehingga beban terbagi secara merata antar kedua sisi tubuh Anda. Jangan menaruh objek seperti dompet pada kantung belakang celana Anda, kondisi ini dapat membuat Anda hanya duduk menumpu pada salah satu sisi tubuh Anda. Selanjutnya, tempatkanlah bokong Anda pada pertemuan antara alas duduk dan senderan, dan tempatkanlah sepanjang punggung Anda akan menempel pada senderan tersebut. Posisi ini sangatlah baik karena dapat mengurangi kecenderungan Anda untuk membungkuk selama duduk.
Ketiga, pengaturan benda-benda di sekitarnya. Pada posisi duduk yang ideal pandangan Anda dapat lurus ke depan. Hal ini sangat penting agar leher Anda tidak membungkuk atau maju ke depan. Agar posisi ini dapat tercapai, tempatkan layar Anda sejajar dengan arah pandangan. Selama Anda duduk, bahu sebaiknya pada posisi yang rileks. Caranya adalah dengan menempatkan keyboard sejajar dengan lantai dengan kedua siku Anda menekuk membentuk huruf L.
Keempat, cara yang paling sederhana dan terakhir untuk menjaga postur tersebut adalah dengan membatasi waktu duduk Anda. Anda dapat membuat peringatan di telepon genggam atau jam Anda setiap 30 menit agar Anda bergerak dan melakukan suatu peregangan yang sederhana atau berjalan sebentar. Anda juga dapat menggunakan telepon genggam Anda dalam posisi berdiri dan bahkan dengan posisi jalan di tempat, saya secara pribadi sering melakukan hal ini.
Demikianlah tips yang dapat saya berikan mengenai posisi duduk yang ideal untuk mencegah keluhan sakit punggung. Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut, atau ingin mengetahui informasi lain seputar bidang orthopaedi, dapat menyimak media sosial dari PABOI di platform Instagram @indonesianorthopaedic_official dan untuk bidang tulang belakang pada akun @pedicleclubindonesia.
Oct 14, 2021
See More
Mielopati Servikal akibat Kista Endoderm...
Mielopati servikal merupakan suatu kondisi medis yang diakibatkan oleh penekanan tulang belakang leher yang dapat menyebabkan sejumlah kelainan seperti gangguan fungsi motorik halus, kelemahan dan kesemutan pada anggota gerak tubuh, nyeri dan berkurangnya ruang gerak pada tulang belakang leher, nyeri pada lengan dan bahu, ketidakseimbangan serta gangguan gaya berjalan. Mielopati servikal umum dijumpai pada populasi lansia, mayoritas diakibatkan proses degenerative. Namun pada kasus yang jarang, kondisi ini dapat pula ditemui pada populasi anak-anak. Mielopati servikal pada anak dapat disebabkan oleh adanya tumor atau kista pada tulang belakang leher, salah satunya adalah kista endodermal dengan prevalensi sebesar 0,7 hingga 1,3%. Pada laporan kasus ini, ditemukan adanya pasien anak usia dua tahun dengan mielopati servikal akibat kista endodermal di Rumah Sakit Umum Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Pada pasien dilaporkan keluhan kesulitan menggerakkan leher serta postur tubuh dan gaya berjalan yang tidak normal sejak enam bulan oleh orangtua pasien. Adanya riwayat trauma dan penyakit lainnya pada pasien juga disangkal. Dari pemeriksaan fisik oleh dokter, tidak ditemukan adanya kelainan maupun tanda-tanda adanya riwayat trauma seperti bengkak atau kemerahan. Namun pada pasien ditemukan sisi tubuh kanan pasien lebih lemah dibanding sisi kiri serta adanya refleks patologis pada kedua sisi tubuh. Dari hasil pemeriksaan penunjang menggunakan MRI ditemukan adanya suatu gambaran mengarah ke mielopati servikal akibat tumor pada tulang belakang leher. Pada pasien kemudian dilakukan tindakan pembedahan untuk mengeluarkan tumor dari tulang belakang leher serta tindakan dekompresi dan laminektomi yang bertujuan untuk mengurangi tekanan pada tulang belakang leher. Setelah dilakukan pemeriksaan pada jaringan yang dicurigai tumor tersebut teridentifikasi jaringan tersebut sebagai kista endodermal.
Mielopati servikal akibat kista endodermal pada anak merupakan kasus yang jarang ditemukan. Sekali diagnosis ditegakkan, tindakan pembedahan harus segera dilakukan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada sumsum tulang belakang. Kista endodermal biasanya memiliki sifat jinak dan tidak ganas. Namun keberhasilan tindakan pembedahan sangat bergantung dengan lokasi kista dan derajat keparahan kompresi yang ditimbulkan. Beberapa studi menyebutkan tingkat kesembuha pasca operasi adalah sebesar 40 hingga 70% kasus dan hilangnya gejala secara total disebutkan sebesar 20-30% kasus. Oyemolade dkk melaporkan bahwa tingkat kekambuhan kista endodermal adalah sebesar 37% dengan interval waktu antara operasi dan terjadi kekambuhan antara 4 hingga 14 tahun.
Poin penting yang dapat diambil dari kasus ini adalah peran orang tua sangat dibutuhkan dalam deteksi dini kelainan tubuh pada anak. Anak-anak seringkali belum bisa mengekspresikan rasa sakit atau adanya abnormalitas pada tubuh mereka. Dengan adanya deteksi dini oleh orangtua, dari segi pertumbuhan fisik dan perkembangan anak dapat diketahui adanya abnormalitas lebih awal sehingga tindakan dapat segera diambil oleh dokter dan hasil perbaikan klinis atau tingkat kesembuhan yang maksimal dapat dicapai. Hal penting lainnya adalah, monitoring kondisi pasien pasca operasi penting dilakukan untuk mengevaluasi adanya kegagalan operasi maupun penurunan fungsi saraf jangka panjang.
Kondisi pasien sebelum (kiri) dan sesudah tindakan pembedahan kanan)
Lokasi: RS Wahidin Sudirohusodo, Makassar
Tindakan pembedahan evakuasi kista dan tindakan dekompresi (A&B), jaringan kista yang berhasil dievakuasi (C)
Lokasi: RS Wahidin Sudirohusodo, Makassar
Sep 16, 2021
See More