Susu untuk pertumbuhan, is it overrated?
Reyner Valiant Tumbelaka, dr. M.KedKlin.,Sp.OT.
Susu, produk yang dikenal sejak zaman purbakala dan terus dikonsumsi hingga saat ini. Diyakini memiliki manfaat segudang, (terlalu) banyak yang beranggapan bahwa mengkonsumsi susu banyak-banyak dapat membuat seorang anak bisa tumbuh menjadi tinggi besar. Pada akhirnya yang kita lihat ada di antara dua, tumbuh ke atas, atau tumbuh ke samping. Atau bisa jadi keduanya.
Dulu negara kita pernah mengenal istilah “4 sehat 5 sempurna”, dan poin ke lima yang menyempurnakan adalah susu. Tentunya ada alasan kuat mengapa istilah ini diganti menjadi “Gizi seimbang”, salah satunya karena konsep ilmu dan permasalahan gizi terkini sudah jauh berubah.
Komersialisasi susu serta produk yang berhubungan seringkali berlebihan. Saya sendiri masih ingat jelas sebuah iklan susu beberapa tahun lalu yang menampilkan adegan seorang anak minum susu segelas dan tak sampai matahari terbenam di tayangan iklan itu tubuhnya langsung menjadi jauh lebih tinggi dan jago di lapangan basket, seolah menunjukkan susu adalah jawaban instan segala doa untuk pertumbuhan (dan bahkan kemampuan olahraga).
Susu dan nutrisi untuk pertumbuhan.
Susu mengandung makronutrien dan mikronutrien yang baik untuk tubuh, di dalam satu gelas susu(plain) (220 ml), terdapat sekitar 122 kalori, 4,8 gram lemak, 115 mg sodium, 12 gram karbohidrat, 12 gram gula, 8 gram protein, dan 293 kalsium. Selain itu, susu juga mengandung beragam vitamin dan mineral lainnya yang baik untuk tubuh.
Kandungan spesifik yang berfungsi untuk pertumbuhan antara lain: Protein, Vitamin B, Vitamin D, Fosfor, Kalsium, IGF-1
Kandungan spesifik inilah yang banyak bermanfaat untuk pertumbuhan, dan tentu saja kandungan di atas tidak hanya ditemukan di dalam susu, namun dari produk pangan dan minuman lainnya, tapi tentu saja susu adalah pilihan yang ringkas serta praktis untuk pemenuhan nutrisi-nutrisi penting di atas.
Menurut kementerian kesehatan Indonesia, dalam 100 gram susu sapi cair dalam kemasan memiliki kandungan lemak 3.5 gram dan kolesterol 11 mg, dan dalam 100 gram susu bubuk full cream memiliki kandungan lemak 30 gram dan kolesterol 85 mg. Batas konsumsi lemak sendiri perhari dari sumber yang sama adalah di angka 67 gram lemak per hari. Kandungan gula dan lemak yang ada, jika diberikan berlebihan akan mengganggu kesehatan, baik yang tampak dari jauh (obesitas) maupun dari dekat (jerawat)
Susu di usia pertumbuhan
Susu adalah produk pertama yang dikonsumsi manusia, dan diteruskan secara eksklusif hingga berusia 6 bulan. Tentu saja yang dimaksud adalah air susu ibu, bukan ibu sapi. Namun pada hal tertentu dengan sangat terpaksa ASI diganti dengan susu formula. Hal ini membuktikan peran susu sangatlah substansial bahkan sejak kita dilahirkan.
Dilihat dari masa pertumbuhan, wanita akan mencapai puncak pertumbuhan tingginya dua tahun setelah dimulainya masa pubertas. Ini terjadi sekitar usia 14-16 tahun. Berbeda dengan wanita, pria umumnya terlihat lebih tinggi ketika masa anak-anak. Namun, ketika memasuki masa remaja, wanita terlihat lebih tinggi dan besar dibanding pria. Ini karena wanita lebih cepat mengalami pubertas. Laki-laki biasanya memasuki masa pubertas pada usia 11-14 tahun. Ketika pertumbuhan tinggi wanita mulai melambat, pria justru sedang pesat. Pada usia 16-19 tahun, laki-laki akan mencapai puncak pertumbuhan tingginya. Hal yang sangat tidak biasa terjadi apabila seseorang masih bertambah tinggi setelah umur 19 tahun.
WHO sendiri membuat grafik pertumbuhan hingga menyentuh usia 19 tahun. Dalam rentang usia inilah nutrisi yang terkandung dalam susu spesifik untuk pertumbuhan memiliki peran yang sangat penting.
Pertumbuhan manusia
Selain nutrisi, hal-hal yang sangat mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan antara lain:
Pertumbuhan tinggi tubuh manusia dipengaruhi oleh lempeng epifisis atau lempeng pertumbuhan. suatu area khusus pada tulang rawan yang berada di ujung tulang panjang manusia. Pertumbuhan tinggi dan panjang akan terus bertambah pada tulang apabila lempeng pertumbuhan tersebut masih aktif atau terbuka.
Di akhir masa pubertas pada pria dan wanita, lempeng pertumbuhan ini akan menutup sehingga pertumbuhan tinggi tidak lagi akan bertambah. Itu sebabnya, keutuhan lempeng pertumbuhan sangatlah penting. Adanya kerusakan pada lempeng pertumbuhan juga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan pada satu area tertentu.
Kondisi Genetik
Faktor terbesar yang mempengaruhi pertumbuhan. Jadi, harus memperhatikan anggota keluarga. Kalau salah satu silsilah ada yang bertubuh tinggi, ada harapan anda bisa mencapai tinggi tertentu. Namun, jika satu silsilah keluarga bertubuh pendek, tak perlu kecewa, berita baiknya adalah anda tetap terlihat seragam dengan anggota keluarga yang lain.
Hal yang sangat jelas namun penting untuk disampaikan agar tidak ada harapan yang sia-sia. Wanita cenderung memiliki postur lebih kecil dari pria.
Selain itu, aktivitas fisik juga berpengaruh pada pertumbuhan dalam masa kanak-kanak sampai pubertas. Saat aktif bergerak, pelepasan hormon pertumbuhan juga akan semakin banyak. Ketika hormon pertumbuhan ini dilepaskan, lempeng pertumbuhan masih terbuka. Itu sebabnya pertumbuhan tinggi pun akan lebih banyak dibandingkan dengan orang-orang yang tidak aktif secara fisik.
Dari hal-hal yang telah disampaikan di atas dapat disimpulkan bahwa susu memiliki manfaat yang besar untuk pertumbuhan, namun tak perlu dibesar-besarkan. Banyak faktor lain yang berpengaruh, susu hanyalah sebagian di antaranya. Selamat minum susu!
Aug 25, 2021
See More
Panduan Pelayanan Orthopaedi dan Traumat...
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya, “Panduan Pelayanan Orthopaedi & Traumatologi Berkaitan Dengan COVID-19 Versi Kedua” ini telah selesai kami susun.
Seperti diketahui pada awal tahun 2020, WHO telah resmi menetapkan pandemik Coronavirus Disease (COVID-19) yang diakibatkan oleh virus SARS-CoV-2 (severe acute respiratory syndrome coronavirus 2).
Penularan COVID-19 sudah menyebar secara global sejak tahun 2020 sampai dengan saat ini termasuk wilayah di Indonesia dengan potensi tingkat penularan yang tinggi. PABOI telah menerbitkan Edisi Pertama Panduan Pelayanan Orthopaedi dan Traumatologi Indonesia Berkaitan Dengan Covid-9 pada Maret 2020. Perkembangan varian virus covi-19 sangat significant sampai dengan saat ini. Menyikapi hal tersebut PABOI berkewajiban untuk memberikan panduan pelayanan orthopaedi dan traumatologi bagi semua anggotanya dalam tujuan untuk mengurangi resiko penyebaran COVID- 19 dengan tetap memperhatikan prosedur keamanan bagi petugas medis dan pasien sesuai dengan perkembangan varian virus Covid-19. Panduan “Pelayanan Orthopaedi & Traumatologi Berkaitan Dengan COVID-19” ini memuat beberapa panduan mengenai :
a. Panduan Seleksi Kasus Pasien Orthopaedi & Traumatologi
b. Panduan Penyaringan (Screening) Pasien
c. Panduan Alat Perlindungan Diri (APD)
d. Panduan Operasi Elektif & Operasi Gawat Darurat
e. Panduan Pencegahan Penularan Covid-19 pada Fasilitas Kesehatan dan Non-Kesehatan
d. Panduan Kembali Bekerja setelah Covid-19
Panduan ini ditujukan bagi seluruh anggota PABOI sebagai acuan dalam melakukan pelayanan orthopaedi & traumatologi berkaitan dengan situasi terkini pandemi COVID-19. Panduan ini akan terus diperbarui bila diperlukan sesuai dengan perkembangan dan situasi terkini. Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan panduan ini, kami sampaikan terimakasih. Kami berharap panduan ini dapat dimanfaatkan dengan baik.
DR. Edi Mustamsir, dr., Sp.OT(K)
Ketua PABOI
Buku Panduan dapat di download pada link dibawah ini
https://drive.google.com/file/d/1VAUcGNRAi2Y9gjTUptyX1t8AHOxZXDMB/view?usp=sharing
Aug 23, 2021
See More
Pengaruh Mesenchymal Stem Cell pada Ost...
Osteosarcoma umumnya adalah tumor tulang yang bersifat agresif dan cenderung bermetastasis secara dini dan memiliki beberapa tipe, dimana secara konvensional dibagi berdasarkan tipe sel (osteoblastik, chondroblastic dan fibroblastic). Osteosarcoma merupakan sarkoma primer tulang yang paling banyak terjadi di dunia. Pada beberapa tahun terakhir, pendekatan imunoterapi berbasis sel dan antibodi telah cukup berhasil pada terapi keganasan anak. Salah satu yang menarik perhatian adalah potensi yang dimiliki oleh sel mononuklear darah perifer atau yang dikenal secara internasional dengan Peripheral Blood Mononuclear Cells (PBMCs). PBMCs lebih unggul dibandingkan dengan sumber terapi berbasis sel lainnya. Penelitian ini menjelaskan apoptosis yang dicetuskan oleh PBMCs yang disensitivasi dengan secretome dan GM-CSF pada kokultur dengan stem cell osteosarkoma melalui jalur sitokin.
Gambar 1. Peripheral blood mononuclears Cells yang diaktivasi, A. Pengaktifan PBMCs, B. Stem Cell Osteosarcoma yang digunakan untuk kocultivasi dengan PMBCs. (Foto oleh dr. Fachrizal Arfani P)
PBMCs secara fisiologi mempunyai sifat atau berfungsi sebagai clock mechanisme yang mengatur faktor transkripsi dan translasi di jaringan dan sel imun yang menghasilkan berbagai macam molekul pro dan anti inflamasi, ligand dan sitokin lainnya dari sel imun. PBMCs terdiri dari beberapa sel (limfosit (Th1, Th2, Th17), monosit, natural killer Cell, dendritic cell, makrofag yang mempunyai fenotip dan aktivasi berbeda dalam sistem imun.
Gambar 2. A. PBMCs diaktivasi dengan sekretom (Secretom) yang dikokultivasi dengan stem cell osteosarcoma B. PBMCs yang diaktivasi dengan CSF-2 setelah 6 hari terlihat kerusakan sel stem cell osteosarcoma. (Foto oleh dr. Fachrizal Arfani P)
Hasil dari penelitian ini setelah dilakukan analisis aktifitas biologi sel dengan statistik dapat disimpulkan bahwa secretom dan CSF-2 dapat meningkatkan aktifitas PBMCs walaupun tidak menunjukkan yang signifikan dalam analisis statistik tetapi secara biologis menunjukkan adanya proses kematian sel (Apoptosis). Terjadi peningkatan sekresi TNF-alpha pada PBMCs yang dikultur dengan penambahan Secretom dan CSF-2 bila dibandingkan antara penambahan secretom dan penambahan CFS-2.
Oleh karena itu diperlukan eksplorasi untuk mendapat kelompok molekul berat, molekul besar dan molekul kecil seperti exosome atau ekstravesikel dan molekul metabolite yang aktif, sehingga diperlukan pendekatan secara in vitro.
Kata kunci : Osteosarkoma, PBMCs, secretome, GM-CSF, OS-MSCs, CFS-2
Penulis
Fachrizal Arfani Prawiragara dr.
29 April 2021
Aug 13, 2021
See More
Tahun Baru Islam 1443 H
Tahun baru datang sebagai pengingat untuk melihat apa yang telah kita kerjakan di tahun sebelumnya oleh karenanya, awal tahun menjadi awal yang tepat bagi kita untuk memperbaiki diri terhadap apa yang telah diperbuat di masa lalu Selamat Tahun Baru Islam 1443 Hijriah Semoga pandemi ini cepat berlalu mari vaksinasi supaya pandemi ini cepat berakhir Stay Safe Stay Healthy
#1muharram #islamicyear #1443hijriyah #indonesiaorthopaedicassociation #paboi #ioa #orthopaedicsurgeon #bedahtulang #dokterorthopaedi #doktertulang #dokterbedahtulang #indonesiasehat
Aug 10, 2021
See More
Cedera lutut - ACL
Cedera ACL merupakan sobekan atau cedera pada ligamen krusiatum anterior (ACL), salah satu serabut jaringan terkuat yang menghubungkan tulang femur (paha) dan tibia (tulang kering). Cedera ACL paling sering terjadi pada aktivitas olahraga yang melibatkan gerakan berhenti atau perubahan arah secara tiba-tiba, lompat dan mendarat - seperti sepak bola, basket dan futsal.
Kebanyakan orang akan mendengar bunyi “pop” saat cedera ACL terjadi. Lutut akan terlihat bengkak, terasa tidak stabil, dan terasa sangat nyeri saat dipakai untuk menumpu beban tubuh.
Penanganan cedera ACL akan berbeda-beda tergantung dari tingkat keparahan cedera, yaitu meliputi istirahat dan latihan fisik rehabilitasi untuk membantu pemulihan kekuatan otot dan stabilitas sendi, atau tindakan operasi untuk menggantikan serabut ACL yang sobek kemudian diikuti dengan program rehabilitasi medis.
Penyebab
Ligamen merupakan serabut jaringan kuat pada tubuh yang menghubungkan tulang satu ke tulang lainnya. ACL merupakan salah satu dari dua ligament yang membentuk konfigurasi silang pada bagian tengah lutut, menghubungkan tulang femur ke tulang tibia dan merupakan struktur penting yang mempertahankan stabilitas sendi lutut.
Cedera ACL sering terjadi pada olahraga dan aktivitas kebugaran yang dapat memberikan beban terhadap lutut, misalnya:
Gerakan berhenti / deselerasi, dan pergantian arah secara tiba-tiba
Gerakan pivot / memutar saat kaki sedang menumpu beban ke lantai
Mendarat setelah lompat dengan posisi yang tidak normal
Benturan langsung ke lutut, misalnya ter-tackling pada sepak bola
Ketika ligamen tercedera, biasanya terjadi sobekan komplit atau sebagian pada jaringan ACL. Cedera berenergi rendah dapat menyebabkan ligamen teregang tetapi masih tetap utuh
Faktor resiko
Terdapat beberapa faktor yang meningkatkan resiko cedera ACL, diantaranya adalah:
Wanita: faktor anatomi, kekuatan otot dan pengaruh hormon
Partisipasi dalam jenis olahraga tertentu: sepak bola, basket, gimnastik, ski, futsal, dll
Melakukan gerakan-gerakan tidak ideal, seperti memutar lutut kedalam saat squating
Menggunakan sepatu / alas kaki yang tidak ideal
Menggunakan perlengkapan olahraga yang tidak optimal
Menggunakan lantai rumput artificial
Kekuatan otot yang tidak akurat
Gejala
Gejala dan tanda cedera ACL biasanya meliputi
Bunyi / sensasi “pop” pada lutut
Nyeri hebat, tidak mampu melanjutkan aktivitas
Bengkak tiba-tiba
Lingkup gerak sendi terbatas
Sensasi instabilitas sendi atau lutut terasa “bergeser”
Lingkup gerak sendi terbatas
Sensasi instabilitas sendi atau lutut terasa “bergeser”
Kapan perlu konsultasi dengan dokter?
Segera cari pertolongan untuk berkonsultasi apabila anda mengalami cedera lutut yang menimbulkan gejala dan tanda dari cedera ACL. Sendi lutut adalah struktur kompleks terdiri dari tulang, ligamen, tendon dan jaringan lain yang merupakan satu kesatuan dinamis. Sangat penting untuk mendapatkan diagnosis akurat dan cepat dalam rangka menentukan keparahan cedera dan mendapatkan tatalaksana yang sesuai.
Investigasi klinis dan radiologi
Saat berkonsultasi dengan dokter, anda akan ditanyakan mengenai gejala-gejala yang dialami, serta riwayat medis yang dimiliki. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mengevaluasi seluruh struktur lutut yang cedera, dan membandingkannya dengan lutut yang sehat. Mayoritas cedera ligamen pada lutut dapat didiagnosa melalui pemeriksaan fisik yang menyeluruh.
Tatalaksana
Penanganan cedera ACL meliputi penanganan non operatif dan operatif. ACL yang cedera atau putus tidak akan sembuh dengan sendirinya tanpa operasi. Walaupun demikian, penanganan non operatif dapat efektif pada pasien usia tua dengan tingkat aktivitas rendah. Apabila kestabilan umum pada lutut yang tercedera tidak signifikan, dokter akan merekomendasikan penanganan non operatif yang sederhana.
Knee brace akan direkomendasikan oleh dokter untuk melindungi lutut anda dari instabilitas. Untuk memproteksi cedera lebih lanjut, dokter juga akan menyarankan pemakaian kruk (crutches) untuk menghindari pembebanan tubuh pada lutut yang cedera
Fisioterapi akan direkomendasikan setelah bengkak pada lutut berkurang. Latihan fisik spesifik akan disarankan untuk mengembalikan fungsi lutut dan memperkuat otot tungkai terkait.
Penanganan operatif pada ACL dilakukan dengan prosedur rekonstruksi ligamen (mengganti ligamen). Hal ini disebabkan Karena ACL yang telah putus tidak dapat dijahit kembali untuk berfungsi normal. Dokter akan mengganti ligamen ACL anda menggunakan jaringan ligamen lainnya, yang disebut sebagai “graft”. Graft dapat diambil dari berbagai sumber. Paling sering diambil dari tendon hamstring, juga dari tendon patella, dan kadang dari tendon lain tendon quadriceps (paha), peroneous (betis) atau bahkan dari donor alograft manusia.
Terdapat beberapa kelebihan dan kekurang dari masing-masing jenis sumber graft. Anda perlu mendiskusikannya dengan dokter Orthopaedi untuk membantu menentukan pilihan graft yang paling tepat untuk anda. Oleh karena pertumbuhan graft baru memakan waktu cukup lama, cedera ACL membutuhkan waktu 6 bulan atau lebih sebelum seorang atlet dapat melanjutkan aktivitas olahraga paska operasi.
Prosedur operasi untuk merekonstruksi ACL dilakukan melalui arthroscopy menggunakan sayatan yang sangat kecil. Operasi arthroscopy sangat minimal invasif. Keuntungan dari operasi minimal invasif ini adalah nyeri paska operasi yang lebih minimal, durasi rawat lebih pendek dan pemulihan yang lebih cepat.
Komplikasi
Orang yang mengalami cedera ACL memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita osteoarthritis lutut, bahkan osteoarthritis tetap berpotensi terjadi walau sudah menjalani operasi rekonstruksi ligamen. Banyak faktor yang memegang peranan penting terhadap terjadinya osteoarthritis paska cedera ACL, seperti; tingkat keparahan cedera awal, cedera struktur lutut lain atau tingkat aktivitas paska tatalaksana.
Pencegahan
Latihan fisik yang ideal dan optimal dapat mengurangi resiko cedera ACL. Pelatih atlet, fisioterapis, dan dokter spesialis lutut dapat menyediakan penilaian, instruksi, dan saran untuk mengurangi resiko cedera tersebut.
Program latihan untuk mengurangi resiko cedera ACL meliputi:
Latihan fisik untuk memperkuat otot — meliputi panggul, pelvis, abdomen — dengan tujuan untuk mencegah atlet memutar lutut ke dalam saat gerakan squating
Latihan fisik untuk memperkuat otot tungkai, terutama hamstring exercises, untuk memastikan keseimbangan ideal pada kekuatan otot
Latihan fisik yang menekankan teknik dan posisi lutut ideal saat mendarat setelah melompat
Latihan meningkatkan teknik saat melakukan gerakan pivoting dan cutting
Perlengkapan olahraga
Gunakan sepatu olahraga dan bantalan / padding yang sesuai. Pemakaian knee brace tidak terbukti dapat mencegah cedera ACL atau mengurangi cedera berulang.
Kesimpulan
Ligamen ACL merupakan salah satu ligamen yang berfungsi untuk mempertahankan kestabilan lutut. Cedera ACL merupakan kondisi yang sering ditemukan khususnya pada individu yang sering beraktivitas olahraga dengan gerakan perlambatan yang cepat ataupun memutar (pivoting) lutut. Cedera ACL dapat diminimalisir ataupun dicegah dengan kiat-kiat yang sesuai.
Tidak semua cedera ACL harus dilakukan operasi. Walaupun demikian, apabila ligamen ACL mengalami sobekan / putus, maka kestabilan lutut akan berkurang secara permanen. Hal ini berdampak pada keterbatasan jenis aktivitas yang dapat dilakukan baik dalam kehidupan sehari-hari maupun aktivitas olahraga. Penanganan cedera ACL dilakukan melalui prosedur operasi dengan menggunakan instrumen arthroscopy, dimana pada prosedur ini komponen ligamen ACL yang putus direkonstruksi menggunakan jaringan donor, pada umumnya menggunakan jaringan tendon dari tubuh pasien sendiri.
Cedera ACL yang tidak terdeteksi atau tidak ditangani dengan baik (non operatif maupun operatif) menimbulkan dampak komplikasi yang merugikan bagi pasien, salah satunya adalah osteoarthritis paska trauma. Oleh sebab itu, cedera ACL sebaiknya ditangani secara dini dan tepat.
Aug 09, 2021
See More
Konsumsi makanan yang dapat mencegah ost...
dr. Yoshi Pratama Djaja, Sp.OT(K)
Diet yang baik merupakan strategi terpenting dan termudah di dalam pencegahan osteoporosis. Nutrisi yang cukup penting untuk mencapai dan menjaga massa tulang yang optimal. Kalsium dan vitamin D merupakan dua komponen yang paling sering disebutkan dalam pencegahan osteoporosis, akan tetapi nutrisi yang dibutuhkan oleh tulang tidak hanya terbatas pada kedua nutrien ini saja. Konsumsi protein, sayuran dan nutrien lainnya juga perlu diperhatikan karena osteoporosis tidak hanya dipengaruhi oleh satu atau dua nutrien saja melainkan pola diet yang merupakan kombinasi kompleks dari berbagai nutrient .
Kalsium dan vitamin D merupakan faktor terpenting dalam metabolisme tulang, di mana keduanya berperan dalam pembentukan matriks mineral tulang yakni kalsium fosfat (hidroksiapatit) yang diperlukan untuk memperkuat tulang. Cara terbaik untuk memperoleh asupan kalsium yang cukup adalah dengan diet yang sehat, namun terkadang sumber nutrisi untuk kalsium ini tidak cukup atau kurang ditoleransi oleh sistem pencernaan. Pada kondisi tersebut, suplementasi kalsium dapat bermanfaat. Sumber terpenting dari kalsium dalam makanan adalah produk susu (susu, yogurt, keju), ikan (terutama yang dapat dimakan dengan tulang seperti sardin atau teri), serta kacang-kacangan.
Homeostasis kalsium di dalam tubuh sendiri diregulasi oleh vitamin D. Sekitar 80-90% vitamin D dibentuk di kulit dengan bantuan pajanan sinar matahari, dan 10-20% sisanya diperoleh dari makanan. Hanya sedikit tipe makanan yang mengandung vitamin D seperti ikan berlemak, jamur dan produk susu yang diperkaya dengan vitamin D. Singkat cerita, tidak ada makanan yang dapat memberikan vitamin D yang adekuat untuk tubuh. Pajanan sinar matahari penting untuk mencegah dan mengatasi kekurangan vitamin D.
Buah dan sayuran dapat memberikan banyak mikronutrien seperti vitamin K, asam folat, magnesium, kalium dan antioksidan seperti vitamin C dan karoten. Konsumsi buah dan sayuran yang lebih tinggi diasosiasikan dengan densitas massa tulang yang lebih baik.
Antioksidan seperti vitamin C dapat menekan aktivitas osteoklas yang merupakan sel yang berfungsi untuk meresorpsi kalsium dari tulang. Di sisi lain, vitamin C juga berperan sebagai kofaktor dalam memicu diferensiasi osteoblast yang berfungsi dalam pembentukan tulang.
Vitamin K merupakan faktor yang penting untuk karboksilasi osteocalcin yang merupakan protein spesifik tulang yang dihasilkan oleh osteoblast. Osteocalcin ini merupakan protein terbanyak dalam matriks tulang dan juga berperan dalam mineralisasi tulang itu sendiri. Kekurangan vitamin K dapat menyebabkan kekurangan osteocalcin yang mengakibatkan proses pengeroposan tulang terkait usia dan fraktur.
Beberapa studi telah membandingkan efek pola diet terhadap densitas massa tulang. Secara umum, pola diet dengan konsumsi buah, sayur, produk susu rendah lemak, gandum, daging ayam, ikan, dan kacang-kacangan memiliki efek yang positif terhadap kesehatan tulang dan secara langsung diasosiasikan dengan densitas massa tulang yang lebih baik serta resiko fraktur yang lebih rendah.
Di sisi lain, diet tinggi lemak yang umumnya berasal dari diet tinggi karbohidrat dan produk lemak dapat menghambat absorbsi kalsium dalam usus dan meningkatkan akumulasi lemak serta obesitas. Hal ini akan berakibat pada penurunan diferensiasi osteoblast dan penurunan pembentukan tulang.
Akhir kata, pola diet sehat yang meliputi buah, sayuran, gandum, daging unggas, ikan, kacang-kacangan dan produk susu rendah lemak, serta menghindari produk makanan yang diproses akan bermanfaat terhadap kesehatan tulang, mengurangi resiko osteoporosis dan fraktur.
Referensi:
1. Sahni S, Mangano KM, McLean RR, Hannan MT, Kiel DP. Dietary Approaches for Bone Health: Lessons from the Framingham Osteoporosis Study. Curr Osteoporos Rep. 2015;13(4):245-255. doi:10.1007/s11914-015-0272-1
2. Muñoz-Garach A, García-Fontana B, Muñoz-Torres M. Nutrients and Dietary Patterns Related to Osteoporosis. Nutrients. 2020;12(7):1986. Published 2020 Jul 3. doi:10.3390/nu12071986
3. Hamidi M, Boucher BA, Cheung AM, Beyene J, Shah PS. Fruit and vegetable intake and bone health in women aged 45 years and over: a systematic review. Osteoporos Int. 2011;22(6):1681–1693
4. Sahni S, Hannan MT, Gagnon D, Blumberg J, Cupples LA, Kiel DP, Tucker KL. High vitamin C intake is associated with lower 4-year bone loss in elderly men. J Nutr. 2008;138(10):1931–1938.
5. Tucker KL, Chen H, Hannan MT, Cupples LA, Wilson PW, Felson D, Kiel DP. Bone mineral density and dietary patterns in older adults: the Framingham Osteoporosis Study. Am J Clin Nutr. 2002;76(1):245–252
Aug 07, 2021
See More