News

SAYA SIAP DIVAKSIN

Tak Kenal Maka Tak Kebal, lindungi diri dan keluarga dengan vaksinisasi Covid-19. Vaksin melatih tubuh untuk kenal, lawan, dan kebal dari berbagai penyakit, seperti virus dan bakteri. Lindungi diri anda dan keluarga dengan Vaksin Covid-19 saya siap di vaksin.

Terus terapkan 5M :

- Memakai Masker

- Menjaga Jarak

- Mencuci Tangan

- Membatasi mobilitas

- Menjauhi Kerumunan

#paboipeduli #sukseskanvaksinisasi #Vaksinasi Covid19 #Kesehatan Pulih Ekonomi Bangkit #indonesiasehat #paboipeduli #indonesiaorthopaedicassociation #paboi #orthopaedicsurgeon #dokterorthopaedi #bedahtulang #doktertulang #dokterbedahtulang

  Jan 12, 2021

See More

PENGALAMAN MENJADI RELAWAN PANDEMI COVID...

Pada akhir maret 2020 seluruh PPDS dipanggil kembali ke RSCM akibat adanya pandemi covid 19, kemudian Departement orthopaedi FKUI-RSCM memutuskan untuk menghentikan sementara semua stase diluar RSCM. Pada saat itu saya berfikir untuk dapat melakukan yang lebih bermanfaat bagi Bangsa dan negara. Pada saat itu pelayanan Orthopaedi sudah mengurangi jumlah operasi, sementara tim pelayanan dari resident mencapai 50 orang lebih. 

Beberapa dari kami tergerak untuk mengikuti pendaftaran relawan untuk bertugas di RSCM yang saat itu sudah mulai merawat pasien PDP. Tidak hanya itu, RSCM juga harus menerima pasien rawat jalan dan rawat inap dari Rumah sakit yang sudah menutup pelayanan selain untuk pasien covid, bisa dikatakan buffer rumah sakit lainnya. Sehingga beban pelayanan di RSCM cukup berat. Sejawat resident penyakit dalam yang menjadi garda terdepan menerima pasien PDP covid ada bebera- pa yang positif tertular. Ancaman penularan ke ppds lain juga sangat tinggi. Saya awalnya ragu untuk ikut dengan resiko tertular hingga kematian, sehingga ada rasa gentar dan takut menyelubungi hati saya.

Beberapa dari kami tergerak untuk mengikuti pendaftaran relawan untuk bertugas di RSCM yang saat itu sudah mulai merawat pasien PDP. Tidak hanya itu, RSCM juga harus menerima pasien rawat jalan dan rawat inap dari Rumah sakit yang sudah menutup pelayanan selain untuk pasien covid, bisa dikatakan buffer rumah sakit lainnya. Sehingga beban pelayanan di RSCM cukup berat.

Sejawat resident penyakit dalam yang menjadi garda terdepan menerima pasien PDP covid ada bebera- pa yang positif tertular. Ancaman penularan ke ppds lain juga sangat tinggi. Saya awalnya ragu untuk ikut dengan resiko tertular hingga kematian, sehingga ada rasa gentar dan takut menyelubungi hati saya.

Sepulang dari RSCM saya mengetuk pintu kamar apartement, saat itu istri saya sedang memberi makan anak pertama kami, saya coba jelaskan perlahan bahwa saya ingin menjadi relawan kemanusiaan Satgas covid-19 RSCM, pada awalnya istri saya tidak setuju, setelah saya jelaskan tujuan dan niat saya alhamdulillah istri menyetujui. Setelah itu saya mengisi google form dan melaporkan diri izin ke ketua program studi dr. Ihsan Oesman SpOT(K). Dengan seizin saya mantab bertugas menjadi relawan

Pada tanggal 13 april 2020 seluruh relawan PPDS di briefing oleh direktur RSCM bidang SDM dan pendidikan Dr.dr. R.A Trimartani SpTHT(K) dan ketua Kamkordik FKUI-RSCM di lantai 7 ruang pertemuan THT dimana hadir seluruh relawan yang siap bertugas, diantaranya PPDS okupasi, Obgyn, neurologi, Bedah saraf, Kedokteran olahraga, bedah plastik, psiakiatri, BTKV, rehab medik, penyakit dalam dan gizi klinik, mengejutkan sekali dari 44 orang total peserta didik PPDS 13 peserta didik dari Prodi Orthopaedi dan traumatologi

Beberapa point yang beliau jelaskan kepada kami para relawan adalah jaminan keselamatan dan kesehatan bagi ppds yang menjadi relawan dengan diswab diawal dan diakhir masa tugas, jaminan bahwa selama menjadi relawan selama tetap mengikuti perkuliahan dan ujian wajib tidak akan mengganggu jenjang pendidikan, relawan mendapat jaminan tempat tinggal fasilitas hotel di Ibis dan Novotel cikini

Hari pertama bertugas kami diminta menjadi petuga tim screening dan petugas swab, saya bertugas menjadi tim screening mengenakan APD level 3 dari coverall hazmat, handscoen, face shield, thermogun dan dua stempel, 1 stempel lolos screening warna biru dan 1 stempel merah untuk diminta pemeriksaan lebih lanjut serial test covid 19 di kiara ultimate, setiap pasiennya kami tanyakan riwayat batuk, pilek diare, demam, sesak nafas, riwayat berpergian ke luar negeri dan riwayat kontak pasien covid 19, dan secara objective dilakukan pengukuran suhu tubuh dengan thermogun.

Setiap kurun pemeriksaan kami selalu mendapatkan minimal 2-5 pasien yang harus dilakukan pemeriksaan screening covid 19 lebih lanjut. Setiap hari nya kami memakai hazmat coverall, masker N95 face shield, ditengah terik matahari pagi dan ramainya antrian pasien, setidaknya 100-200 pasien dan pengantar pasien kami periksa dari jam 06.00 hingga jam 10.00 pagi

Memasuki minggu ke dua masa bertugas kami mulai merasa jenuh dan cemas, akan tetapi guru saya dr. Wahyu Widodo menyampaikan beberapa hal kepada kami “men- jadi orthopaedi salah satu tujuan hidup saat masuk pendi- dikan Orthopaedi dan traumatologi, tetapi itu adalah salah satu bagian besar dari tujuan hidup menuju ridho allah SWT.

Menjadi relawan dan memenuhi panggilan bangsa dan negara adalah salah satu pembelajaran besar dalam hidup dan ibadah pengabdian kepada allah SWT, luruskan niat dan serahkan semua hasil kepada allah SWT, ikhtiar kita memakai APD lengkap, mengikuti protokol yang ada, menjaga jarak dan cuci tangan dan lain-lainnya

Apabila allah berkehendak tertular virus tersebut maka niscaya tidak ada yang bisa menghalangi, begitupun juga apabila allah berkehendak menjaga kita”. Beliau pun memberi semangat bahwasanya menjadi relawan covid 19 di RSCM dengan niat yang lurus dan istiqomah selain membantu RSCM sebagai rumah kita juga sebagai saran pembelajaran attitude yang baik kita kepada Bangsa dan negara yang lebih luas dan menjadi amal jariyah kepada allah SWT.

Selain screening dari tim kami juga bertugas sebagai petugas swab pengambilan sampel di tenggorokan dan juga kami bertugas sebagai di pojok edukasi yaitu berkeliling menghubungkan pasien yang tidak dapat dijenguk oleh keluarga karena dirawat di ruang isolasi menghubungkan dengan keluarga pasien di lantai dasar kiara ultimate dengan video call, ada keharuan disana dan kepedihan.

Setiap hari nya kami memakai hazmat coverall, masker N95 face shield, ditengah terik matahari pagi dan ramainya antrian pasien, setidaknya 100-200 pasien dan pengantar pasien kami periksa dari jam 06.00 hingga jam 10.00 pagi. Memasuki minggu ke dua masa bertugas kami mulai merasa jenuh dan cemas, akan tetapi guru saya dr. Wahyu Widodo menyampaikan beberapa hal kepada kami “men- jadi orthopaedi salah satu tujuan hidup saat masuk pendi- dikan Orthopaedi dan traumatologi, tetapi itu adalah salah satu bagian besar dari tujuan hidup menuju ridho allah SWT.

Menjadi relawan dan memenuhi panggilan bangsa dan negara adalah salah satu pembelajaran besar dalam hidup dan ibadah pengabdian kepada allah SWT, luruskan niat dan serahkan semua hasil kepada allah SWT, ikhtiar kita memakai APD lengkap, mengikuti protokol yang ada, menjaga jarak dan cuci tangan dan lain-lainnya.

Apabila allah berkehendak tertular virus tersebut maka niscaya tidak ada yang bisa menghalangi, begitupun juga apabila allah berkehendak menjaga kita”. Beliau pun memberi semangat bahwasanya menjadi relawan covid 19 di RSCM dengan niat yang lurus dan istiqomah selain membantu RSCM sebagai rumah kita juga sebagai saran pembelajaran attitude yang baik kita kepada Bangsa dan negara yang lebih luas dan menjadi amal jariyah kepada allah SWT.

Selain screening dari tim kami juga bertugas sebagai petugas swab pengambilan sampel di tenggorokan dan juga kami bertugas sebagai di pojok edukasi yaitu berkeliling menghubungkan pasien yang tidak dapat dijenguk oleh keluarga karena dirawat di ruang isolasi menghubungkan dengan keluarga pasien di lantai dasar kiara ultimate dengan video call, ada keharuan disana dan kepedihan.

Ada yang sudah berminggu minggu tidak ada menemui keluarga nya, tidak sedikit yang meneteskan air mata dan meluapkan emosinya, kami melihatnya dari balik kedapnya hazmat suit dan face shield kami,  beberapa pasien kami tenangkan dan beri motivasi saat itu, beberapa pasien yang kondisi penurunan kesadaran kami memberi semangat kepada keluarga yang diseberang sambungan video call dibantu oleh teman teman PPDS psiakiatri yang memandu video call di pojok edukasi kiara, selain itu kami juga bertugas dinas malam dari jam 18.00 malam hingga 07.00 pagi sebagai dokter jaga ruangan di perawatan pasien ODP dan PDP.

Akhirnya kata kami tidak menyangka ternyata banyak sekali pengalaman dan kompetensi yang tidak akan didapat selama pendidikan Orthopaedi, pandemi ini menyatukan perbedaan para Dokter tanpa memandang latar belakang pendidikan dan pengalaman, dalam memenuhi panggilan Bangsa dan negara baik itu neurologi, bedah saraf, psiaktri, orthopaedi dan lainnya kita semua diupgrading secara cepat agar mengetahui patofisiologi, gejala klinis, kriteria diagnosis, tatalaksana, komplikasi dan prognosis holistik dari covid 19, hingga pengambilan swab tenggorokan yang pada keadaan normal sama sekali tidak terbayangkan akan dilakukan oleh ahli Orthopaedi. 

Akhir kata dalam fight melawan covid 19 semua element kedokteran bahu membahu tanpa memandang perbedaan berjuang bersama melawan dan memutus mata rantai penularan dan mempercepat yang sakit menjadi sehat. Perang ini tidak hanya dihadapi oleh Dokter spesialis paru, spesialis penyakit dalam atau spesialis anestesi saja, perang ini dihadapi

  Jan 12, 2021

See More

STANDING ON THE SHOULDER OF GIANT: THE V...

KEGIATAN SEMINAR DAN WORKSHOP PERAMOI ( Kenangan terindah bersama Dr.dr. Lukman Shebubakar Sp. OT ( K ) Alm )


LABUAN BAJO, 6-7 SEPTEMBER 2019

Labuan Bajo dikenal sebagai kota matahari terbenam, terletak di ujung barat Nusa Tenggara Timur. Awalnya dikenal sebagai kota nelayan kecil, Labuan Bajo kini telah berkembang menjadi pintu gerbang ke banyak tujuan eksotis di Nusa Tenggara Timur, mulai dari laut jernih, pantai yang indah, bukit-bukit petualangan, dan belum lagi Taman Nasional Komodo yang luar biasa, yang dulu terdaftar sebagai salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO. (http://qayyumtravelog.blogspot.com/2018/04/flores-labuan-bajo-indonesia.html)


Beberapa waktu lalu, tepatnya pada tanggal 6-7 September 2019, Indonesian Orthopaedic Association For Upper Limb & Reconstructive Microsurgery (PERAMOI) menggelar simposium dan workshop di Labuan Bajo, guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para praktisi kesehatan di bidang penanganan kasus-kasus muskuloskeletal, khususnya pada ranah ekstremitas atas. Acara ini diketuai oleh Dr. dr. Made Bramantya Karna, SpOT(K) yang juga mengambil bagian sebagai pembicara, moderator, dan instruktur workshop.


Dengan mengusung tema simposium “Standing On The Shoulder of Giant: The View From Up There” yang berarti “Berdiri di Pundak Raksasa”, seminar kali ini berfokus pada tema regio bahu yang disajikan pada acara kali ini, istilah ini juga mengandaikan berdiri di bahu raksasa sebagai suatu cara untuk melihat jauh ke depan. Acara ini dihadiri oleh 29 peserta dokter umum dan 51 peserta Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi dengan kegiatan acara meliputi seminar, workshop, sea tour, dan kegiatan charity di Panti Asuhan Santu Damian Binongko. Narasumber kecuali dari para anggota PERAMOI sendiri juga diisi pembicara luar yaitu Prof. Steven Samijo, MD dari Belanda dan Dr. Philip Frawley, M.B., B.S., F.R.A.C.S. (ORTH), SESA dari Australia.

Sayangnya acara yang cukup meriah ini merupakan acara PERAMOI terakhir bagi guru kami, orang tua kami dan juga sahabat kami Dr. dr.Lukman Shebubakar Sp.OT ( K ) Alm, semoga ilmu ilmu beliau yang ditularkan ke anak didiknya menjadi amal jariyah yang tak putus – putusnya buat beliau.

  Jan 11, 2021

See More

SATGAS COVID-19 Perhimpunan Dokter Spesi...

Perketat Protokol Kesehatan dan Skrining Pasien!

  Jan 07, 2021

See More

Tunda ke Dokter Spesialis Orthopaedi Bil...

Tunda ke Dokter Spesialis Orthopaedi Bila Tidak Dalam Kondisi Darurat

  Mar 21, 2020

See More

Palu Earthquake & Tsunami, September 201...

Palu Earthquake & Tsunami, September 2018

The 7.4 magnitude earthquake and tsunami that occurred in Palu on September 28, 2018 at 18.02 WITA caused severe destruction in Palu, Donggala and Sigi, destroying hundreds of structures. At least thousand of people are confirmed dead after the disaster and more than 10,000 others injured, of which 4,612 were seriously injured

PABOI immediately take an action to coordinate the relief efforts in the affected areas. Below are some documentations from orthopaedics volunteer who helped the victims

IMG_8376.jpg

IMG_8377.jpg

IMG_8386.jpg

IMG_8387.jpg

IMG_8405.jpg

IMG_8425.jpg

IMG_8426 (1).jpg

IMG_8426.jpg

IMG_8429.jpg

IMG_8450.jpg

IMG_8479.jpg

IMG_8481.jpg

IMG_8518.jpg

IMG_8521.jpg

IMG_84511.jpg

IMG_84801.jpg

  Jan 02, 2019

See More