News

Dampak Covid terhadap layanan ORTHOPAEDI

Dampak COVID-19 terhadap pelayanan Orthopedi

Indonesia menjadi salah satu penyebaran pandemi virus COVID-19. Hingga tanggal 15 Maret 2020, tercatat 6.136 kasus positif COVID-19 dan 469 meninggal, 32 diantaranya adalah dokter. Sebagian besar dokter yang meninggal tidak bertugas di garis depan, sehingga menimbulkan pertanyaan, dimanakah mereka tertular? Apakah saat melakukan pelayanan di rawat jalan, rawat inap atau kamar operasi?. 

Terbatasnya sistem deteksi dan skrining virus COVID-19 di negara kita, menyebabkan terlambatnya diagnosis pasti virus COVID-19. Sebagian besar dokter memberikan pelayanan kesehatan tanpa persiapan alat pelindung diri, sehingga terjadi peningkatan resiko penularan kepada dokter yang bertugas.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menghimbau agar para dokter untuk mengurangi waktu praktik dan menunda operasi elektif. Kementrian Kesehatan melalui surat edarannya, juga memberikan himbauan untuk tidak melakukan praktik pribadi kecuali pasien dalam kondisi emergensi Hal ini mendasari semua bidang spesialis, termasuk spesialis orthopedi, untuk melakukan slow down dalam pelayanan, baik pelayanan rawat jalan maupun tindakan operasi elektif. Hal ini memberikan dampak langsung terhadap pasien dan rumah sakit.

Kesulitan yang dihadapi pasien yaitu berkurangnya jumlah kuota pendaftaran rawat jalan untuk konsultasi dokter secara langsung, karena sebagian dokter membatasi jumlah kunjungan mengikuti himbauan pemerintah untuk memprioritaskan kasus emergensi. Sebagian lainnya, pasien dalam antrian operasi elektif harus ditunda jadwal operasinya sampai batas waktu yang belum ditentukan. 

Tindakan operasi diutamakan hanya kasus emergensi, seperti patah tulang, pergeseran sendi, infeksi tulang dan sendi, kelemahan anggota gerak mendadak disertai gangguan buang air besar dan air kecil, serta nyeri hebat pada pada otot, tulang dan sendi yang tidak mereda dengan pemberian obat. Sebelum dilakukan tindakan operasi emergensi, bila pasien dicurigai terdapat gejala infeksi virus COVID-19 atau pernah kontak dengan pasien positif virus COVID-19. 

Prosedur skrining menggunakan rapid test dan pemeriksaan tambahan lainnya seperti rontgen thorax dan laboratorium darah lengkap wajib dilakukan. Selain itu, pasien juga memiliki resiko tertular virus COVID-19 selama keberadaannya di rumah sakit. Pasien tidak dapat dijenguk oleh sanak keluarga dan selama perawatan diharuskan menggunakan masker. 

Dokter berusia diatas 60 tahun dan memiliki riwayat penyakit penyerta dihimbau untuk bekerja di rumah dengan menggunakan fasilitas telemedicine. Namun fasilitas ini masih belum meluas dan membutuhkan pembelajaran bagi pengguna baru. Dokter yang tetap melakukan pelayanan emergensi baik di IGD, ICU maupun kamar operasi wajib menggunakan APD yang lengkap sesuai standar Kemenkes, namun tidak semua rumah sakit menyediakannya 

Penurunan jumlah pelayanan rawat jalan dan operasi berpengaruh terhadap operasional rumah sakit. Rumah sakit  berada dalam sebuah dilema karena penurunan volume pelayanan kesehatan, terutama tindakan operasi elektif dan rawat inap, memberikan efek negatif untuk keuangan rumah sakit. Selain itu, kewajiban menyediakan APD standar bagi tenaga kesehatan yang bertugas juga membebani rumah sakit. 

Dalam hal ini partisipasi masyarakat sangat membantu. Beberapa organisasi dan swadaya masyarakat telah memberikan APD yang dapat digunakan walaupun beberapa belum memenuhi standar WHO.

Semoga COVID-19 cepat berlalu sehingga pelayanan orthopedi dapat kembali ke dalam ritmenya. 

Ditulis oleh: dr. M. Hardian Basuki, Sp.OT(K)



  Jan 20, 2021

See More

Bantu Majene, Sulawesi Barat Untuk Bangk...


  Jan 20, 2021

See More

PELAYANAN ORTOPEDI ONKOLOGI DI MASA PA...

Pandemik covid-19 memberikan dampak yang sangat besar terhadap berbagai sektor kehidupan diseluruh dunia. Kesehatan tentu saja menjadi salah satu sektor yang paling berdampak sejak krisis ini terjadi pada desember 2019 di Wuhan, China. 

Covid-19  telah memaksa para praktisi kesehatan untuk melakukan perubahan-perubahan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan tujuan mencegah terjadinya peningkatan kasus Covid-19 baik terhadap pasien maupun tenaga kesehatan. 


Beberapa perubahan yang umum dilakukan dalam pelayanan kesehatan selama pandemik ini diantaranya adalah prosedur penggunaan APD yag lebih ketat, penapisan pasien terhadap kasus Covid-19, serta pembatasan jumlah pasien dan pembatasan jadwal operasi yang bersifat elektif atau non emergensi. Perubahan-perubahan dalam pelayanan kesehatan tentunya memiliki dampak yang kurang baik dalam hal tatalaksana terhadap suatu penyakit. 


Hal tersebut juga berlaku pada pelayanan kesehatan terhadap pasien-pasien dengan penyakit tumor tulang atau jaringan lunak baik yang bersifat jinak ataupun ganas.


Pasien dengan sangkaan tumor tulang dan 

jaringan lunak yang datang ke rumah sakit akan dilakukan pemeriksaan oleh triase dan dilanjutkan dengan diskusi oleh tim clinicopathological 

conference (CPC) secara virtual hingga diputuskan apakah kasus tersebut bersifat urgensi atau tidak. 


Jika kasus tersebut tidak bersifat urgensi, maka penanganan pada pasien dapat berupa observasi disertai penatalaksanaan lebih lanjut setelah 

pandemik berakhir. Sedangkan pasien dengan kasus urgensi dapat dilakukan tindakan penatalaksanaan segera di rumah sakit.


Pelayanan rawat jalan pada pasien-pasien 

ortopedi onkologi, hendaknya dilakukan 

pembatasan jumlah kunjungan perharinya. 


Pelayanan terutama diberikan  kepada pasien-pasien dengan keadaan tertentu seperti pasien-pasien yang membutuhkan tindakan urgensi. Jika memungkinkan bisa dilakukan Telemedicine, suatu komunikasi alternatif yang sedang berkembang selama era pandemik covid-19  yaitu dengan melakukan konsultasi melalui perangkat media jarak jauh. Khususnya kepada pasien-pasien yang memerlukan kontrol ulang dan terapi lanjutan.


 Pelayanan orthopedi onkologi yang tidak kalah penting lainnya adalah tindakan pembedahan, pembedahan merupakan tindakan yang sangat penting pada kasus tumor tulang dan jaringan lunak contohnya sarkoma, bahkan pada beberapa kasus, pembedahan merupakan satu-satunya modalitas dalam penatalaksanaan pasien. 


Tentunya selama masa pandemik Covid-19 ini sangat disarankan untuk melakukan skrining yang sangat ketat untuk menentukan apakah pasien 

terinfeksi Covid-19 atau tidak sebelum tindakan 

pembedahan dilakukan.


Dalam menentukan prioritas pasien yang 

membutuhkan tindakan pembedahan, kita dapat 

mengadopsi kategori terhadap pasien kanker yang membutuhkan tindakan pembedahan yang 

diterbitkan oleh National Health Service (NHS) yaitu, prioritas level 1a : tindakan pembedahan 

bersifat emergensi dengan tujuan menyelamatkan nyawa yang harus dilakukan dalam waktu 24 jam. 


Level prioritas berikutnya adalah prioritas level 1b. Pada prioritas level 1b pembedahan terhadap penderita kanker ini bersifat urgensi yang 

memerlukan tindakan dalam waktu 72 jam. 

Kemudian dilanjutkan dengan proritas level 2 dengan kriteria pembedahan yang bersifat elektif dengan tujuan untuk menyelamatkan nyawa dan atau mencegah terjadinya progresifitas yang buruk terhadap pasien. Prioritas level yang terakhir adalah prioritas level 3, pada level ini tindakan 

pembedahan bersifat elektif yang dapat ditunda hingga 10 – 12 minggu tanpa mengakibatkan 

perburukan keadaan pasien. 


Berdasarkan kategori-kategori tersebut, maka dapat ditentukan waktu tindakan pembedahan terhadap pasien, sebagai contoh jika pasien termasuk dalam kategori 

prioritas level 3 maka tindakan pembedahan pada pasien dapat ditunda mungkin hingga pandemik ini berakhir.


    Pelayanan atau tatalaksana lain yang dibutuhkan oleh pasien dengan sarkoma tulang dan sarkoma jaringan lunak adalah kemoterapi dan radioterapi. Kedua tindakan ini juga merupakan kunci penting dalam tatalaksana 

keganasan pada tulang dan jaringan lunak. Kemoterapidan radioterapi juga dapat mengakibatkan pasien jatuh pada kondisi immunosupresif sehingga memiliki risiko tinggi terhadap terjadinya penularan Covid-19. 


 Oleh karena itu, hal ini harus menjadi pertimbangan 

penting dan didiskusikan kasus perkasus pada pertemuan CPC.


Pelayanan kesehatan pada pasien dengan tumor tulang dan jaringan lunak terutama yang bersifat malignan pada saat pandemik Covid-19 merupakan suatu tantangan bagi praktisi kesehatan terutama dokter Ortopedi onkologi. 


Disatu sisi kita sebagai praktisi di tuntut untuk melakukan tindakan yang tepat dan akurat terhadap pasien dengan tujuan mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas. 


 Sementara disisi lain risiko terjadinya transmisi Covid-19 terhadap pasien dan tenaga kesehatan harus dicegah dan 

diputuskan rantai penularannya dengan berbagai macam 

protokol. Oleh karena itu perlu dilakukan mitigasi terhadap transmisi penularan Covid-19 dengan berbagai macam cara dengan tetap menekan angka terjadinya morbiditas dan 

mortalitas pada pasien-pasien onkologi ortopedi. 


 Tentunya dalam memberikan pelayanan kesehatan ortopedi onkologi selama pandemik Covid-19 sebaiknya ditetap kan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang tepat dan tidak 

merugikan pasien maupun tenaga kesehatan di Indonesia.




  Jan 19, 2021

See More

BEROLAHRAGA SAAT PANDEMI COVID -19

Berolahraga saat ini menjadi kebutuhan primer dari setiap insan manusia. Saat ini olahraga bukan men jadi salah satu cara untuk mendapatkan kesehatan akan tetapi sudah menjadi gaya hidup terutama diperkotaan, seperti olahraga bersepeda, lari, fitness dan lain- lain.Social distancing merupakan salah satu cara untuk mengurangi tingkat penyebaran COVID -19.

Namun dengan adanya pandemik COVID -19 ini banyak para pelaku olahraga bertanya bagaimana olahraga seharusnya dilakukan pada saat social distancing? Olahraga jenis apa sajakah yang dapat dilakukan? Apakah setiap orang dapat tetap melakukan olahraga saat pandemik COVID -19 ini?Terdapat beberapa stratifikasi risiko latihan fisik atau olahraga di lingkungan COVID19.

Pertama, risiko rendah terhadap penularan COVID -19 yaitu olahraga di rumah, olahraga sendiri atau dengan ang- gota keluarga dan olahraga menggunakan peralatan sendiri.

Kedua , risiko sedang yaitu olahraga di tempat umum, sendiri atau dengan anggota keluarga tidak lebih dari 5 orang, menggunakan peralatan sendiri. Ketiga, risiko tinggi yaitu olahraga ditempat umum, berkelompok dan bersama dengan orang lain yang bukan keluarga dan menggunakan alat bergantian.

Orang – orang yang memiliki risiko tinggi untuk terjadinya tingkat keparahan jika tertular COVID -19 maka disarankan untuk olahraga sendiri, tidak menggunakan fasilitas umum.

Adapun faktor risiko tinggi tersebut yaitu usia diatas 65 tahun, mempunyai riwayat penyakit paru kronik , penyakit jantung, imunnocompromised ( gangguan sistem kekebalan tubuh ), obesitas , penyakit ginjal kronik dan kelainan pada hati.

Latihan olahraga dengan tim akan meningkatkan risiko untuk penularan COVID - 19, terutama jika diadakanya pertandingan antar tim baik dari daerah yang sama ataupun dari daerah atau area yang berlainan.

Untuk tetap menggunakan masker ketika berolahraga tapi dengan intensitas olahraga yang ringan dan sedang. Terdapat perhatian khusus pada orang-orang dengan gangguan jantung dan paru-paru, sebaiknya disarankan untuk berolahraga dirumah dan tidak menggunakan masker.

Untuk tetap menggunakan masker ketika berolahraga tapi dengan intensitas olahraga yang ringan dan sedang. Terdapat perhatian khusus pada orang-orang dengan gangguan jantung dan paru-paru, sebaiknya disarankan untuk berolahra- ga dirumah dan tidak menggunakan masker.

Beberapa hal yang harus kita perhatikan saat ini ketika berolahraga tim yaitu:

  • Tetap dirumah ketika kita sakit atau ada anggota keluarga kita yang sakit.
  • Cuci tangan dengan sabun dan air atau dengan hand sanitizer dalam waktu minimal 20 detik, sebelum dan sesudah olahraga atau sebelum dan sesudah bertukar alat olahraga.
  • Tetap jaga jarak satu dengan lainnya minimal 2 meter. Jaga jarak dilakukan oleh para pemain.
  • Para pelatih, penonton , staf olahraga harus memakai pakaian yang menutupi wajah.
  • Hindari atau minimalisasi untuk menyentuh benda- benda sekitar dan mencuci tangan setelah menyentuh benda sekitar.
  • Gunakan alat olahraga secara pribadi jika me mungkinkan.
  • Jangan bertukar handuk, pakaian dan barang apapun untuk membersihkan wajah atau tangan.
  • Simpan perlengkapan olahraga pribadi jauh dari perlengkapan olahraga orang lain.
  • Hindari kontak fisik seperti berpelukan , high five , fist bump.

Pada akhirnya akan ada perubahan pola atau gaya kita semua untuk berolahraga saat pandemik COVID – 19 hal ini dikarenakan untuk menekan angka penyebaran COVID -19. Olahraga tetap dianjurkan dengan beberapa perhatian khusus. Tetap semangat berolahraga.

Hal-hal yang harus diperhatikan saat berolahraga untuk mengurangi risiko penyebaran COVID - 19 , yaitu :

  • Jarak fisik antar pemain dan lamanya waktu kontak antar pemain. Semakin dekat jarak fisik antar pemain maka risiko penyebaran akan semakin tinggi. Misalnya olahraga basket dan gulat.
  • Pertukaran alat olahraga. Semakin sering dilakukan pertukaran alat olahraga maka akan semakin tinggi terjadinya penyebaran. Misaln ya bola, raket , botol minum, dan alat proteksi olahraga.
  • Jaga jarak antara pemain ataupun pelaku olah raga ketika pelaku olahraga tidak melakukan aktivitasnya, misalnya pemain cadangan yang duduk di bench atau outline harus dibuat aturan untuk menjaga jarak.
  • Usia dan penyakit penyerta yang sudah ada. Pada usia diatas 65 tahun maka akan terjadi risiko penularan lebih tinggi dan jika tertular maka akan terjadi tingkat keparahan yang tinggi.
  • Hindari untuk berolahraga berpindah- pindah dari area asal ke area yang lain.

Bagaimana jika menggunakan taman untuk berolahraga? ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu, pilihlah taman yang paling dekat dengan rumah tinggal kita, pastikan taman tersebut sudah memenuhi protokol untuk pencegahan penularan COVID - 19, jaga jarak antar pelaku olahraga minimal 2 meter, jangan pergi ke taman jika anda sakit, sebaiknya tidak mengunjungi taman ketika sedang banyak orang berkumpul.

Centers for Disease Control and Preventions merekomendasikan agar setiap orang menggu- nakan masker saat berada di area publik. Bagaimana jika kita berolahraga menggunakan masker? Apakah kita wajib menggunakan masker? Kita  direkomendasikan untuk tetap menggunakan masker ketika berolahraga tapi dengan intensitas olahraga yang ringan dan sedang. Terdapat perhatian khusus pada orang-orang dengan gangguan jantung dan paru-paru, sebaiknyadisarankan untuk berolahraga dirumah dan tidak menggunakan masker.

Beberapa hal yang harus kita perhatikan saat ini ketika berolahraga tim yaitu:

  • Tetap dirumah ketika kita sakit atau ada anggota keluarga kita yang sakit.
  • Cuci tangan dengan sabun dan air atau dengan hand sanitizer dalam waktu minimal 20 detik, sebelum dan sesudah olahraga atau sebelum dan sesudah bertukar alat olahraga.
  • Tetap jaga jarak satu dengan lainnyaminimal 2 meter. Jagajarak dilakukan oleh para pemain.
  • Para pelatih, penonton , staf olahraga harus memakai pakaian yang menutupi wajah.
  • Hindari atau minimalisasi untuk menyentuh benda- benda sekitar dan mencuci tangan setelah menyentuh benda sekitar.
  • Gunakan alat olahraga secara pribadi jika memungkinkan.
  • Jangan bertukar handuk, pakaian dan barang apapun untuk membersihkanwajahatautangan.
  • Simpan perlengkapan olahraga pribadi jauh dari perlengkapan olahraga orang lain.
  • Hindari kontak fisik seperti berpelukan, highfive, fist bump.

Pada akhirnya akan ada perubahan pola atau gaya kita semua untuk berolahraga saat pandemik COVID – 19 hal ini dikarenakan untuk menekan angka penyebaran COVID -19. Olahraga tetap dianjurkan dengan beberapa perhatian khusus. Tetap semangat berolahraga.


Referensi :

  Jan 14, 2021

See More

SAYA SIAP DIVAKSIN

Tak Kenal Maka Tak Kebal, lindungi diri dan keluarga dengan vaksinisasi Covid-19. Vaksin melatih tubuh untuk kenal, lawan, dan kebal dari berbagai penyakit, seperti virus dan bakteri. Lindungi diri anda dan keluarga dengan Vaksin Covid-19 saya siap di vaksin.

Terus terapkan 5M :

- Memakai Masker

- Menjaga Jarak

- Mencuci Tangan

- Membatasi mobilitas

- Menjauhi Kerumunan

#paboipeduli #sukseskanvaksinisasi #Vaksinasi Covid19 #Kesehatan Pulih Ekonomi Bangkit #indonesiasehat #paboipeduli #indonesiaorthopaedicassociation #paboi #orthopaedicsurgeon #dokterorthopaedi #bedahtulang #doktertulang #dokterbedahtulang

  Jan 12, 2021

See More

PENGALAMAN MENJADI RELAWAN PANDEMI COVID...

Pada akhir maret 2020 seluruh PPDS dipanggil kembali ke RSCM akibat adanya pandemi covid 19, kemudian Departement orthopaedi FKUI-RSCM memutuskan untuk menghentikan sementara semua stase diluar RSCM. Pada saat itu saya berfikir untuk dapat melakukan yang lebih bermanfaat bagi Bangsa dan negara. Pada saat itu pelayanan Orthopaedi sudah mengurangi jumlah operasi, sementara tim pelayanan dari resident mencapai 50 orang lebih. 

Beberapa dari kami tergerak untuk mengikuti pendaftaran relawan untuk bertugas di RSCM yang saat itu sudah mulai merawat pasien PDP. Tidak hanya itu, RSCM juga harus menerima pasien rawat jalan dan rawat inap dari Rumah sakit yang sudah menutup pelayanan selain untuk pasien covid, bisa dikatakan buffer rumah sakit lainnya. Sehingga beban pelayanan di RSCM cukup berat. Sejawat resident penyakit dalam yang menjadi garda terdepan menerima pasien PDP covid ada bebera- pa yang positif tertular. Ancaman penularan ke ppds lain juga sangat tinggi. Saya awalnya ragu untuk ikut dengan resiko tertular hingga kematian, sehingga ada rasa gentar dan takut menyelubungi hati saya.

Beberapa dari kami tergerak untuk mengikuti pendaftaran relawan untuk bertugas di RSCM yang saat itu sudah mulai merawat pasien PDP. Tidak hanya itu, RSCM juga harus menerima pasien rawat jalan dan rawat inap dari Rumah sakit yang sudah menutup pelayanan selain untuk pasien covid, bisa dikatakan buffer rumah sakit lainnya. Sehingga beban pelayanan di RSCM cukup berat.

Sejawat resident penyakit dalam yang menjadi garda terdepan menerima pasien PDP covid ada bebera- pa yang positif tertular. Ancaman penularan ke ppds lain juga sangat tinggi. Saya awalnya ragu untuk ikut dengan resiko tertular hingga kematian, sehingga ada rasa gentar dan takut menyelubungi hati saya.

Sepulang dari RSCM saya mengetuk pintu kamar apartement, saat itu istri saya sedang memberi makan anak pertama kami, saya coba jelaskan perlahan bahwa saya ingin menjadi relawan kemanusiaan Satgas covid-19 RSCM, pada awalnya istri saya tidak setuju, setelah saya jelaskan tujuan dan niat saya alhamdulillah istri menyetujui. Setelah itu saya mengisi google form dan melaporkan diri izin ke ketua program studi dr. Ihsan Oesman SpOT(K). Dengan seizin saya mantab bertugas menjadi relawan

Pada tanggal 13 april 2020 seluruh relawan PPDS di briefing oleh direktur RSCM bidang SDM dan pendidikan Dr.dr. R.A Trimartani SpTHT(K) dan ketua Kamkordik FKUI-RSCM di lantai 7 ruang pertemuan THT dimana hadir seluruh relawan yang siap bertugas, diantaranya PPDS okupasi, Obgyn, neurologi, Bedah saraf, Kedokteran olahraga, bedah plastik, psiakiatri, BTKV, rehab medik, penyakit dalam dan gizi klinik, mengejutkan sekali dari 44 orang total peserta didik PPDS 13 peserta didik dari Prodi Orthopaedi dan traumatologi

Beberapa point yang beliau jelaskan kepada kami para relawan adalah jaminan keselamatan dan kesehatan bagi ppds yang menjadi relawan dengan diswab diawal dan diakhir masa tugas, jaminan bahwa selama menjadi relawan selama tetap mengikuti perkuliahan dan ujian wajib tidak akan mengganggu jenjang pendidikan, relawan mendapat jaminan tempat tinggal fasilitas hotel di Ibis dan Novotel cikini

Hari pertama bertugas kami diminta menjadi petuga tim screening dan petugas swab, saya bertugas menjadi tim screening mengenakan APD level 3 dari coverall hazmat, handscoen, face shield, thermogun dan dua stempel, 1 stempel lolos screening warna biru dan 1 stempel merah untuk diminta pemeriksaan lebih lanjut serial test covid 19 di kiara ultimate, setiap pasiennya kami tanyakan riwayat batuk, pilek diare, demam, sesak nafas, riwayat berpergian ke luar negeri dan riwayat kontak pasien covid 19, dan secara objective dilakukan pengukuran suhu tubuh dengan thermogun.

Setiap kurun pemeriksaan kami selalu mendapatkan minimal 2-5 pasien yang harus dilakukan pemeriksaan screening covid 19 lebih lanjut. Setiap hari nya kami memakai hazmat coverall, masker N95 face shield, ditengah terik matahari pagi dan ramainya antrian pasien, setidaknya 100-200 pasien dan pengantar pasien kami periksa dari jam 06.00 hingga jam 10.00 pagi

Memasuki minggu ke dua masa bertugas kami mulai merasa jenuh dan cemas, akan tetapi guru saya dr. Wahyu Widodo menyampaikan beberapa hal kepada kami “men- jadi orthopaedi salah satu tujuan hidup saat masuk pendi- dikan Orthopaedi dan traumatologi, tetapi itu adalah salah satu bagian besar dari tujuan hidup menuju ridho allah SWT.

Menjadi relawan dan memenuhi panggilan bangsa dan negara adalah salah satu pembelajaran besar dalam hidup dan ibadah pengabdian kepada allah SWT, luruskan niat dan serahkan semua hasil kepada allah SWT, ikhtiar kita memakai APD lengkap, mengikuti protokol yang ada, menjaga jarak dan cuci tangan dan lain-lainnya

Apabila allah berkehendak tertular virus tersebut maka niscaya tidak ada yang bisa menghalangi, begitupun juga apabila allah berkehendak menjaga kita”. Beliau pun memberi semangat bahwasanya menjadi relawan covid 19 di RSCM dengan niat yang lurus dan istiqomah selain membantu RSCM sebagai rumah kita juga sebagai saran pembelajaran attitude yang baik kita kepada Bangsa dan negara yang lebih luas dan menjadi amal jariyah kepada allah SWT.

Selain screening dari tim kami juga bertugas sebagai petugas swab pengambilan sampel di tenggorokan dan juga kami bertugas sebagai di pojok edukasi yaitu berkeliling menghubungkan pasien yang tidak dapat dijenguk oleh keluarga karena dirawat di ruang isolasi menghubungkan dengan keluarga pasien di lantai dasar kiara ultimate dengan video call, ada keharuan disana dan kepedihan.

Setiap hari nya kami memakai hazmat coverall, masker N95 face shield, ditengah terik matahari pagi dan ramainya antrian pasien, setidaknya 100-200 pasien dan pengantar pasien kami periksa dari jam 06.00 hingga jam 10.00 pagi. Memasuki minggu ke dua masa bertugas kami mulai merasa jenuh dan cemas, akan tetapi guru saya dr. Wahyu Widodo menyampaikan beberapa hal kepada kami “men- jadi orthopaedi salah satu tujuan hidup saat masuk pendi- dikan Orthopaedi dan traumatologi, tetapi itu adalah salah satu bagian besar dari tujuan hidup menuju ridho allah SWT.

Menjadi relawan dan memenuhi panggilan bangsa dan negara adalah salah satu pembelajaran besar dalam hidup dan ibadah pengabdian kepada allah SWT, luruskan niat dan serahkan semua hasil kepada allah SWT, ikhtiar kita memakai APD lengkap, mengikuti protokol yang ada, menjaga jarak dan cuci tangan dan lain-lainnya.

Apabila allah berkehendak tertular virus tersebut maka niscaya tidak ada yang bisa menghalangi, begitupun juga apabila allah berkehendak menjaga kita”. Beliau pun memberi semangat bahwasanya menjadi relawan covid 19 di RSCM dengan niat yang lurus dan istiqomah selain membantu RSCM sebagai rumah kita juga sebagai saran pembelajaran attitude yang baik kita kepada Bangsa dan negara yang lebih luas dan menjadi amal jariyah kepada allah SWT.

Selain screening dari tim kami juga bertugas sebagai petugas swab pengambilan sampel di tenggorokan dan juga kami bertugas sebagai di pojok edukasi yaitu berkeliling menghubungkan pasien yang tidak dapat dijenguk oleh keluarga karena dirawat di ruang isolasi menghubungkan dengan keluarga pasien di lantai dasar kiara ultimate dengan video call, ada keharuan disana dan kepedihan.

Ada yang sudah berminggu minggu tidak ada menemui keluarga nya, tidak sedikit yang meneteskan air mata dan meluapkan emosinya, kami melihatnya dari balik kedapnya hazmat suit dan face shield kami,  beberapa pasien kami tenangkan dan beri motivasi saat itu, beberapa pasien yang kondisi penurunan kesadaran kami memberi semangat kepada keluarga yang diseberang sambungan video call dibantu oleh teman teman PPDS psiakiatri yang memandu video call di pojok edukasi kiara, selain itu kami juga bertugas dinas malam dari jam 18.00 malam hingga 07.00 pagi sebagai dokter jaga ruangan di perawatan pasien ODP dan PDP.

Akhirnya kata kami tidak menyangka ternyata banyak sekali pengalaman dan kompetensi yang tidak akan didapat selama pendidikan Orthopaedi, pandemi ini menyatukan perbedaan para Dokter tanpa memandang latar belakang pendidikan dan pengalaman, dalam memenuhi panggilan Bangsa dan negara baik itu neurologi, bedah saraf, psiaktri, orthopaedi dan lainnya kita semua diupgrading secara cepat agar mengetahui patofisiologi, gejala klinis, kriteria diagnosis, tatalaksana, komplikasi dan prognosis holistik dari covid 19, hingga pengambilan swab tenggorokan yang pada keadaan normal sama sekali tidak terbayangkan akan dilakukan oleh ahli Orthopaedi. 

Akhir kata dalam fight melawan covid 19 semua element kedokteran bahu membahu tanpa memandang perbedaan berjuang bersama melawan dan memutus mata rantai penularan dan mempercepat yang sakit menjadi sehat. Perang ini tidak hanya dihadapi oleh Dokter spesialis paru, spesialis penyakit dalam atau spesialis anestesi saja, perang ini dihadapi

  Jan 12, 2021

See More