News

Mamuju Story, Pertolongan Korban Gempa M...


Dilaporkan oleh Prof. Dr. dr. Idrus Paturusi, Sp.OT(K) bersama tim bencana PABOI dari Universitas Hasanudin Makassar.

Banyak pasien yang telah kami tangani, dan dalam waktu dekat kami akan bergantian dengan tim selanjutnya yaitu dari PABOI Sumatra Barat dan juga beberapa dari PABOI Cabang lain.


Semoga bencana ini segera dapat teratasi dan para korban dapat beraktivitas seperti sedia kala.


Salam PABOI

Perhimpunan Dokter Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi Indonesia

  Jan 23, 2021

See More

Bantuan Alat Kesehatan Untuk PABOI dari...

Terima kasih kami ucapkan kepada PT. Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul, Tbk. atas Donasi yang telah kami terima, untuk kemudian kami akan salurkan untuk membantu saudara kita yang terkena musibah bencana Gempa Bumi Majene-Sulawesi Barat.

.

.

#paboipeduli #majenesulawesibarat #indonesianorthopaedicpeduli #yayasanorthopaediindonesia

  Jan 21, 2021

See More

Dampak Covid terhadap layanan ORTHOPAEDI

Dampak COVID-19 terhadap pelayanan Orthopedi

Indonesia menjadi salah satu penyebaran pandemi virus COVID-19. Hingga tanggal 15 Maret 2020, tercatat 6.136 kasus positif COVID-19 dan 469 meninggal, 32 diantaranya adalah dokter. Sebagian besar dokter yang meninggal tidak bertugas di garis depan, sehingga menimbulkan pertanyaan, dimanakah mereka tertular? Apakah saat melakukan pelayanan di rawat jalan, rawat inap atau kamar operasi?. 

Terbatasnya sistem deteksi dan skrining virus COVID-19 di negara kita, menyebabkan terlambatnya diagnosis pasti virus COVID-19. Sebagian besar dokter memberikan pelayanan kesehatan tanpa persiapan alat pelindung diri, sehingga terjadi peningkatan resiko penularan kepada dokter yang bertugas.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menghimbau agar para dokter untuk mengurangi waktu praktik dan menunda operasi elektif. Kementrian Kesehatan melalui surat edarannya, juga memberikan himbauan untuk tidak melakukan praktik pribadi kecuali pasien dalam kondisi emergensi Hal ini mendasari semua bidang spesialis, termasuk spesialis orthopedi, untuk melakukan slow down dalam pelayanan, baik pelayanan rawat jalan maupun tindakan operasi elektif. Hal ini memberikan dampak langsung terhadap pasien dan rumah sakit.

Kesulitan yang dihadapi pasien yaitu berkurangnya jumlah kuota pendaftaran rawat jalan untuk konsultasi dokter secara langsung, karena sebagian dokter membatasi jumlah kunjungan mengikuti himbauan pemerintah untuk memprioritaskan kasus emergensi. Sebagian lainnya, pasien dalam antrian operasi elektif harus ditunda jadwal operasinya sampai batas waktu yang belum ditentukan. 

Tindakan operasi diutamakan hanya kasus emergensi, seperti patah tulang, pergeseran sendi, infeksi tulang dan sendi, kelemahan anggota gerak mendadak disertai gangguan buang air besar dan air kecil, serta nyeri hebat pada pada otot, tulang dan sendi yang tidak mereda dengan pemberian obat. Sebelum dilakukan tindakan operasi emergensi, bila pasien dicurigai terdapat gejala infeksi virus COVID-19 atau pernah kontak dengan pasien positif virus COVID-19. 

Prosedur skrining menggunakan rapid test dan pemeriksaan tambahan lainnya seperti rontgen thorax dan laboratorium darah lengkap wajib dilakukan. Selain itu, pasien juga memiliki resiko tertular virus COVID-19 selama keberadaannya di rumah sakit. Pasien tidak dapat dijenguk oleh sanak keluarga dan selama perawatan diharuskan menggunakan masker. 

Dokter berusia diatas 60 tahun dan memiliki riwayat penyakit penyerta dihimbau untuk bekerja di rumah dengan menggunakan fasilitas telemedicine. Namun fasilitas ini masih belum meluas dan membutuhkan pembelajaran bagi pengguna baru. Dokter yang tetap melakukan pelayanan emergensi baik di IGD, ICU maupun kamar operasi wajib menggunakan APD yang lengkap sesuai standar Kemenkes, namun tidak semua rumah sakit menyediakannya 

Penurunan jumlah pelayanan rawat jalan dan operasi berpengaruh terhadap operasional rumah sakit. Rumah sakit  berada dalam sebuah dilema karena penurunan volume pelayanan kesehatan, terutama tindakan operasi elektif dan rawat inap, memberikan efek negatif untuk keuangan rumah sakit. Selain itu, kewajiban menyediakan APD standar bagi tenaga kesehatan yang bertugas juga membebani rumah sakit. 

Dalam hal ini partisipasi masyarakat sangat membantu. Beberapa organisasi dan swadaya masyarakat telah memberikan APD yang dapat digunakan walaupun beberapa belum memenuhi standar WHO.

Semoga COVID-19 cepat berlalu sehingga pelayanan orthopedi dapat kembali ke dalam ritmenya. 

Ditulis oleh: dr. M. Hardian Basuki, Sp.OT(K)



  Jan 20, 2021

See More

Bantu Majene, Sulawesi Barat Untuk Bangk...


  Jan 20, 2021

See More

PELAYANAN ORTOPEDI ONKOLOGI DI MASA PA...

Pandemik covid-19 memberikan dampak yang sangat besar terhadap berbagai sektor kehidupan diseluruh dunia. Kesehatan tentu saja menjadi salah satu sektor yang paling berdampak sejak krisis ini terjadi pada desember 2019 di Wuhan, China. 

Covid-19  telah memaksa para praktisi kesehatan untuk melakukan perubahan-perubahan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan tujuan mencegah terjadinya peningkatan kasus Covid-19 baik terhadap pasien maupun tenaga kesehatan. 


Beberapa perubahan yang umum dilakukan dalam pelayanan kesehatan selama pandemik ini diantaranya adalah prosedur penggunaan APD yag lebih ketat, penapisan pasien terhadap kasus Covid-19, serta pembatasan jumlah pasien dan pembatasan jadwal operasi yang bersifat elektif atau non emergensi. Perubahan-perubahan dalam pelayanan kesehatan tentunya memiliki dampak yang kurang baik dalam hal tatalaksana terhadap suatu penyakit. 


Hal tersebut juga berlaku pada pelayanan kesehatan terhadap pasien-pasien dengan penyakit tumor tulang atau jaringan lunak baik yang bersifat jinak ataupun ganas.


Pasien dengan sangkaan tumor tulang dan 

jaringan lunak yang datang ke rumah sakit akan dilakukan pemeriksaan oleh triase dan dilanjutkan dengan diskusi oleh tim clinicopathological 

conference (CPC) secara virtual hingga diputuskan apakah kasus tersebut bersifat urgensi atau tidak. 


Jika kasus tersebut tidak bersifat urgensi, maka penanganan pada pasien dapat berupa observasi disertai penatalaksanaan lebih lanjut setelah 

pandemik berakhir. Sedangkan pasien dengan kasus urgensi dapat dilakukan tindakan penatalaksanaan segera di rumah sakit.


Pelayanan rawat jalan pada pasien-pasien 

ortopedi onkologi, hendaknya dilakukan 

pembatasan jumlah kunjungan perharinya. 


Pelayanan terutama diberikan  kepada pasien-pasien dengan keadaan tertentu seperti pasien-pasien yang membutuhkan tindakan urgensi. Jika memungkinkan bisa dilakukan Telemedicine, suatu komunikasi alternatif yang sedang berkembang selama era pandemik covid-19  yaitu dengan melakukan konsultasi melalui perangkat media jarak jauh. Khususnya kepada pasien-pasien yang memerlukan kontrol ulang dan terapi lanjutan.


 Pelayanan orthopedi onkologi yang tidak kalah penting lainnya adalah tindakan pembedahan, pembedahan merupakan tindakan yang sangat penting pada kasus tumor tulang dan jaringan lunak contohnya sarkoma, bahkan pada beberapa kasus, pembedahan merupakan satu-satunya modalitas dalam penatalaksanaan pasien. 


Tentunya selama masa pandemik Covid-19 ini sangat disarankan untuk melakukan skrining yang sangat ketat untuk menentukan apakah pasien 

terinfeksi Covid-19 atau tidak sebelum tindakan 

pembedahan dilakukan.


Dalam menentukan prioritas pasien yang 

membutuhkan tindakan pembedahan, kita dapat 

mengadopsi kategori terhadap pasien kanker yang membutuhkan tindakan pembedahan yang 

diterbitkan oleh National Health Service (NHS) yaitu, prioritas level 1a : tindakan pembedahan 

bersifat emergensi dengan tujuan menyelamatkan nyawa yang harus dilakukan dalam waktu 24 jam. 


Level prioritas berikutnya adalah prioritas level 1b. Pada prioritas level 1b pembedahan terhadap penderita kanker ini bersifat urgensi yang 

memerlukan tindakan dalam waktu 72 jam. 

Kemudian dilanjutkan dengan proritas level 2 dengan kriteria pembedahan yang bersifat elektif dengan tujuan untuk menyelamatkan nyawa dan atau mencegah terjadinya progresifitas yang buruk terhadap pasien. Prioritas level yang terakhir adalah prioritas level 3, pada level ini tindakan 

pembedahan bersifat elektif yang dapat ditunda hingga 10 – 12 minggu tanpa mengakibatkan 

perburukan keadaan pasien. 


Berdasarkan kategori-kategori tersebut, maka dapat ditentukan waktu tindakan pembedahan terhadap pasien, sebagai contoh jika pasien termasuk dalam kategori 

prioritas level 3 maka tindakan pembedahan pada pasien dapat ditunda mungkin hingga pandemik ini berakhir.


    Pelayanan atau tatalaksana lain yang dibutuhkan oleh pasien dengan sarkoma tulang dan sarkoma jaringan lunak adalah kemoterapi dan radioterapi. Kedua tindakan ini juga merupakan kunci penting dalam tatalaksana 

keganasan pada tulang dan jaringan lunak. Kemoterapidan radioterapi juga dapat mengakibatkan pasien jatuh pada kondisi immunosupresif sehingga memiliki risiko tinggi terhadap terjadinya penularan Covid-19. 


 Oleh karena itu, hal ini harus menjadi pertimbangan 

penting dan didiskusikan kasus perkasus pada pertemuan CPC.


Pelayanan kesehatan pada pasien dengan tumor tulang dan jaringan lunak terutama yang bersifat malignan pada saat pandemik Covid-19 merupakan suatu tantangan bagi praktisi kesehatan terutama dokter Ortopedi onkologi. 


Disatu sisi kita sebagai praktisi di tuntut untuk melakukan tindakan yang tepat dan akurat terhadap pasien dengan tujuan mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas. 


 Sementara disisi lain risiko terjadinya transmisi Covid-19 terhadap pasien dan tenaga kesehatan harus dicegah dan 

diputuskan rantai penularannya dengan berbagai macam 

protokol. Oleh karena itu perlu dilakukan mitigasi terhadap transmisi penularan Covid-19 dengan berbagai macam cara dengan tetap menekan angka terjadinya morbiditas dan 

mortalitas pada pasien-pasien onkologi ortopedi. 


 Tentunya dalam memberikan pelayanan kesehatan ortopedi onkologi selama pandemik Covid-19 sebaiknya ditetap kan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang tepat dan tidak 

merugikan pasien maupun tenaga kesehatan di Indonesia.




  Jan 19, 2021

See More

BEROLAHRAGA SAAT PANDEMI COVID -19

Berolahraga saat ini menjadi kebutuhan primer dari setiap insan manusia. Saat ini olahraga bukan men jadi salah satu cara untuk mendapatkan kesehatan akan tetapi sudah menjadi gaya hidup terutama diperkotaan, seperti olahraga bersepeda, lari, fitness dan lain- lain.Social distancing merupakan salah satu cara untuk mengurangi tingkat penyebaran COVID -19.

Namun dengan adanya pandemik COVID -19 ini banyak para pelaku olahraga bertanya bagaimana olahraga seharusnya dilakukan pada saat social distancing? Olahraga jenis apa sajakah yang dapat dilakukan? Apakah setiap orang dapat tetap melakukan olahraga saat pandemik COVID -19 ini?Terdapat beberapa stratifikasi risiko latihan fisik atau olahraga di lingkungan COVID19.

Pertama, risiko rendah terhadap penularan COVID -19 yaitu olahraga di rumah, olahraga sendiri atau dengan ang- gota keluarga dan olahraga menggunakan peralatan sendiri.

Kedua , risiko sedang yaitu olahraga di tempat umum, sendiri atau dengan anggota keluarga tidak lebih dari 5 orang, menggunakan peralatan sendiri. Ketiga, risiko tinggi yaitu olahraga ditempat umum, berkelompok dan bersama dengan orang lain yang bukan keluarga dan menggunakan alat bergantian.

Orang – orang yang memiliki risiko tinggi untuk terjadinya tingkat keparahan jika tertular COVID -19 maka disarankan untuk olahraga sendiri, tidak menggunakan fasilitas umum.

Adapun faktor risiko tinggi tersebut yaitu usia diatas 65 tahun, mempunyai riwayat penyakit paru kronik , penyakit jantung, imunnocompromised ( gangguan sistem kekebalan tubuh ), obesitas , penyakit ginjal kronik dan kelainan pada hati.

Latihan olahraga dengan tim akan meningkatkan risiko untuk penularan COVID - 19, terutama jika diadakanya pertandingan antar tim baik dari daerah yang sama ataupun dari daerah atau area yang berlainan.

Untuk tetap menggunakan masker ketika berolahraga tapi dengan intensitas olahraga yang ringan dan sedang. Terdapat perhatian khusus pada orang-orang dengan gangguan jantung dan paru-paru, sebaiknya disarankan untuk berolahraga dirumah dan tidak menggunakan masker.

Untuk tetap menggunakan masker ketika berolahraga tapi dengan intensitas olahraga yang ringan dan sedang. Terdapat perhatian khusus pada orang-orang dengan gangguan jantung dan paru-paru, sebaiknya disarankan untuk berolahra- ga dirumah dan tidak menggunakan masker.

Beberapa hal yang harus kita perhatikan saat ini ketika berolahraga tim yaitu:

  • Tetap dirumah ketika kita sakit atau ada anggota keluarga kita yang sakit.
  • Cuci tangan dengan sabun dan air atau dengan hand sanitizer dalam waktu minimal 20 detik, sebelum dan sesudah olahraga atau sebelum dan sesudah bertukar alat olahraga.
  • Tetap jaga jarak satu dengan lainnya minimal 2 meter. Jaga jarak dilakukan oleh para pemain.
  • Para pelatih, penonton , staf olahraga harus memakai pakaian yang menutupi wajah.
  • Hindari atau minimalisasi untuk menyentuh benda- benda sekitar dan mencuci tangan setelah menyentuh benda sekitar.
  • Gunakan alat olahraga secara pribadi jika me mungkinkan.
  • Jangan bertukar handuk, pakaian dan barang apapun untuk membersihkan wajah atau tangan.
  • Simpan perlengkapan olahraga pribadi jauh dari perlengkapan olahraga orang lain.
  • Hindari kontak fisik seperti berpelukan , high five , fist bump.

Pada akhirnya akan ada perubahan pola atau gaya kita semua untuk berolahraga saat pandemik COVID – 19 hal ini dikarenakan untuk menekan angka penyebaran COVID -19. Olahraga tetap dianjurkan dengan beberapa perhatian khusus. Tetap semangat berolahraga.

Hal-hal yang harus diperhatikan saat berolahraga untuk mengurangi risiko penyebaran COVID - 19 , yaitu :

  • Jarak fisik antar pemain dan lamanya waktu kontak antar pemain. Semakin dekat jarak fisik antar pemain maka risiko penyebaran akan semakin tinggi. Misalnya olahraga basket dan gulat.
  • Pertukaran alat olahraga. Semakin sering dilakukan pertukaran alat olahraga maka akan semakin tinggi terjadinya penyebaran. Misaln ya bola, raket , botol minum, dan alat proteksi olahraga.
  • Jaga jarak antara pemain ataupun pelaku olah raga ketika pelaku olahraga tidak melakukan aktivitasnya, misalnya pemain cadangan yang duduk di bench atau outline harus dibuat aturan untuk menjaga jarak.
  • Usia dan penyakit penyerta yang sudah ada. Pada usia diatas 65 tahun maka akan terjadi risiko penularan lebih tinggi dan jika tertular maka akan terjadi tingkat keparahan yang tinggi.
  • Hindari untuk berolahraga berpindah- pindah dari area asal ke area yang lain.

Bagaimana jika menggunakan taman untuk berolahraga? ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu, pilihlah taman yang paling dekat dengan rumah tinggal kita, pastikan taman tersebut sudah memenuhi protokol untuk pencegahan penularan COVID - 19, jaga jarak antar pelaku olahraga minimal 2 meter, jangan pergi ke taman jika anda sakit, sebaiknya tidak mengunjungi taman ketika sedang banyak orang berkumpul.

Centers for Disease Control and Preventions merekomendasikan agar setiap orang menggu- nakan masker saat berada di area publik. Bagaimana jika kita berolahraga menggunakan masker? Apakah kita wajib menggunakan masker? Kita  direkomendasikan untuk tetap menggunakan masker ketika berolahraga tapi dengan intensitas olahraga yang ringan dan sedang. Terdapat perhatian khusus pada orang-orang dengan gangguan jantung dan paru-paru, sebaiknyadisarankan untuk berolahraga dirumah dan tidak menggunakan masker.

Beberapa hal yang harus kita perhatikan saat ini ketika berolahraga tim yaitu:

  • Tetap dirumah ketika kita sakit atau ada anggota keluarga kita yang sakit.
  • Cuci tangan dengan sabun dan air atau dengan hand sanitizer dalam waktu minimal 20 detik, sebelum dan sesudah olahraga atau sebelum dan sesudah bertukar alat olahraga.
  • Tetap jaga jarak satu dengan lainnyaminimal 2 meter. Jagajarak dilakukan oleh para pemain.
  • Para pelatih, penonton , staf olahraga harus memakai pakaian yang menutupi wajah.
  • Hindari atau minimalisasi untuk menyentuh benda- benda sekitar dan mencuci tangan setelah menyentuh benda sekitar.
  • Gunakan alat olahraga secara pribadi jika memungkinkan.
  • Jangan bertukar handuk, pakaian dan barang apapun untuk membersihkanwajahatautangan.
  • Simpan perlengkapan olahraga pribadi jauh dari perlengkapan olahraga orang lain.
  • Hindari kontak fisik seperti berpelukan, highfive, fist bump.

Pada akhirnya akan ada perubahan pola atau gaya kita semua untuk berolahraga saat pandemik COVID – 19 hal ini dikarenakan untuk menekan angka penyebaran COVID -19. Olahraga tetap dianjurkan dengan beberapa perhatian khusus. Tetap semangat berolahraga.


Referensi :

  Jan 14, 2021

See More